Apakah keluarga berada di pusat maksud Allah? Mari kita melihat apa yang Alkitab katakan kepada kita mengenai keluarga. Sejak Allah mulai mengadakan perjanjian-perjanjian dengan manusia, Dia mengadakan perjanjian itu dengan keluarga-keluarga, baik keluarga Nuh, keluarga Abraham dan keluarga Yakub.
Allah berjanji kepada Nuh, Abraham, Yakub. Janji-janji mengenai berkat dan keselamatan disampaikan kepada pribadi-pribadi dan keturunan mereka. Dan pada setiap tahap kelompok yang menerima janji-janji itu menjadi bagian yang lebih kecil dari keluarga asal. Dari Abraham, janji diberikan kepada Ishak dan bukan kepada Ismael. Janji diberikan kepada Yakub dan bukan kepada Esau. Kemudian di dalam suku Yehuda, Allah mengadakan perjanjian dengan Daud dan keturunannya.
Kepada Daud menjadi wakil atau tanda yang menunjuk kepada orang lain. Sesudah Daud dan Salomo, para nabi mulai berbicara lain tentang Daud - yaitu, salah satu keturunannya yang akan menyelamatkan rakyat. Lantas di dalam Perjanjian Baru, sebelum kelahiran Yesus, Maria diberitahukan bahwa Yesus adalah orang yang akan merajai atas rumah Yakub dan diberikan takhta bapaknya, Daud (Luk 1:32,33). Akan tetapi ketika cerita berkembang sedikit demi sedikit, jelas bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan termasuk juga (Luk 2:29-32).
2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
Rumah Yakub akan terbuka bagi orang-orang bukan Yahudi, sehingga yang mulai sebagai keluarga manusia biasa diubah menjadi keluarga Allah, dan yang mulai sebagai suku kecil terpilih menjadi seperti keluarga asal Adam. Dan sebenarnya, itu adalah keluarga Adam terakhir. Paulus menggambarkan apa yang terjadi, di Efesus 2:11-22. Mereka, yang untuk beberapa saat menjadi orang luar dan bukan anggota keluarga atau bangsa Israel, didekatkan kepada Allah melalui darah Kristus. Dan kedua bagian besar dari manusia - orang Yahudi dan orang bukan Yahudi - diciptakan satu manusia baru dalam Kristus. Kelompok baru ini adalah tubuh Kristus, umat Allah, rumah tangga Allah, rumah tempat Allah mendiami, bait Allah tempat Ia tinggal melalui RohNya.
Setelah melihat perkembangan yang disampaikan oleh Perjanjian Lama sampai pada Perjanjian Baru, dapat kita lihat keluarga Abraham yang membawa perjanjian diubah menjadi jemaat dimana janji-janji itu mencapai pemenuhan. Paulus mengacu kepada jemaat sebagai keluarga di Efesus 3:14,15 dan berdoa bahwa di dalam kehidupan, para anggota dapat mempunyai sedemikian kasih satu sama lain agar mereka mengalami, dalam kehidupan bersama mereka, kehadiran Allah sendiri (Efesus 3:16-19).
Keluarga manusiawi mempunyai kehidupan di dalam jemaat, tubuh Kristus, dimana janji-janji Allah dipenuhi dan dipraktikkan. Dengan demikian keluarga saat ini bukan lagi di pusat maksud Allah, sekalipun memang ditempatkan dimana maksud Allah dipenuhi, yaitu jemaat. Keluarga bukan benda kekal, dan di surga tidak ada pernikahan (Matius 22:30).
Alkitab juga mengatakan, bahwa keluarga adalah tempat manusia beranak cucu dan bertambah. Dan disiilah tempat orang-orang diajarkan takut kepada Allah, dan belajar serta ingat apa Dia katakan (Ulangan 6:4-10). Demikian juga dengan rumah tangga Kristen. Rumah tangga Kristen mempunyai peran penting sekali di dalam maksud Allah, karena hubungan di rumah tangga juga hubungan dalam keluarga jemaat. Dalam rumah tangga itulah beberapa segi dari kehidupan Allah harus diasuh.
Dalam rumah tangga ada tugas untuk membesarkan anak. Mengajarkan anak-anak akan iman adalah tugas orang tua sebelum tugas jemaat. Hubungan di tempat kerja bagi keluarga yang mempekerjakan seseorag adalah tanggung-jawab keluarga sebelum tanggung-jawab negara. Jadi salah satu tugas teramat penting bagi pemimpin rumah tangga adalah pertama-tama mengerti apa keluarga mereka, dan bagaimana mencocokkannya dalam maksud Allah. Yang kedua setiap pepimpin rumah tangga harus berusaha keras memajukan tugas-tugas utama keluarga. Apakah tugas utama dalam keluarga: Saling tunduk, yaitu saling berlaku dengan cara menerima pertanggung-jawaban penuh atas peran mereka yang berbeda. Saling membangun dalam iman Kristus Mengajar anak-anak mereka dan orang lain yang tinggal di rumah agar mereka dapat mengenal Kristus. Memelihara kelakuan di rumah tangga yang sesuai dengan kesalehan dan ukuran yang diterima pada umumnya.
Berkaitan dengan iman percaya, orang tua dan khususnya ayah bertanggung-jawab untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan untuk kehidupan keluarga - termasuk pertumbuhan rohani mereka.
1. Semua anggota rumah tangga dapat bersama-sama membagi iman sesungguhnya dalam Allah. Anak-anak tidak memerlukan pengalaman dewasa untuk mengimani Allah. Mereka beriman secara alamiah dan konkret. Yang kurang bukanlah iman, melainkan pengalaman mempraktikkan iman itu. Orang tua harus membiarkan iman itu menjadi pintu menuju pengalaman, dengan membantu anak-anak menerapkannya di kegiatan sehari-hari. Tidak cukup bagi anak-anak berdoa pada waktu tidur. Orang tua harus membantu anak-anak berdoa dengan iman untuk hal-hal yang terkait dengan kehidupan mereka atau kehidupan keluarga (misalnya untuk adik yang sakit). Dengan cara ini mereka akan mulai melihat iman mereka bekerja dalam cara yang khusus dan nyata.
2. Orang tua berperan sebagai imam di keluarga. Mereka membawa kehidupan Allah kepada anak-anak, dan mereka membawa anak-anak kepada Allah. Peran dua arah ini sangat penting dalam perkara rohani keluarga. Orang tua harus menjadi pendoa syafaat untuk anak-anaknya maupun penyedia kehidupan Allah kepadanya.
3. Jadi keluarga menjadi saksi. Hal ini menjadi pusat kemantapan, damai, dan kasih, karena kuasa kehidupan merupakan ketertarikan bagi orang lain. Keluarga memperlihatkan kasih Kristus kepada dunia. Dan itu juga menjadi cara untuk orang lain mengalami kasih dan hidup Allah. (Adakah tempat atau waktu di keluarga Anda untuk orang luar?)
4. Ada banyak cara untuk menurunkan iman kepada anak-anak di rumah tangga. Anda tidak harus mendidik anak-anak dengan cara yang sama seperti orang lain. Sebenarnya cara-cara yang dipakai akan berbeda-beda tergantung pada usia anak-anak. Kombinasi anak-anak di rumah akan juga mempengaruhi cara pendidikan tersebut dilakukan. Sikap-sikap dan gaya hidup orang tua lebih penting daripada cara-cara tersebut. Kalau Anda sendiri hidup di dalam hubungan yang benar dengan Allah, anak-anak akan mempelajarinya.
Satu model atau cara yang Alkitab sampaikan kepada orang Israel megenai pengajaran rohani terdapat di dalam Ulangan 6:4-9. Dengan status sekolah yang tinggi beberapa orang memiliki aggapan bahwa pendidikan di rumah seharusnya menjadi seperti di sekolah. Namun, melalui Firman Tuhan dalam Ulangan, secara jelas Alkitab menegaskan nilai pengajaran yang informal dan berhubungan di rumah. Dan cara ini adalah model yang lebih baik untuk pendidikan Kristen dari pada model sekolah.