
Berbicara
tentang monogami dan poligami tentunya sebagian di antara kita sudah mengerti
artinya. Monogami yaitu sistem yang
hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu istri; sedangkan poligami
adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa
lawan jenisnya. Kalau ada pertanyaan
kepada Anda seperti ini, manakah yang
paling anda sukai, monogami atau poligami? Mungkin sebagian di antara Anda
menjawab: monogamy, dan sebagian juga diantara anda menjawab: poligami. Jawaban Anda yang berbeda-beda itu tentunya punya alasan sendiri bukan? Apakah
jawaban itu subjektif atau objektif? Pembenaran
mengenai monogami dan poligami jika ditinjau dari alasan pribadi maka tidak
heran kalau kita menemukan perselisihan yang tajam antara pro monogami dan pro
poligami. Dialog antara pro monogami dan
pro poligami tidak pernah bertemu pada satu titik persamaan. Masing-masing akan sepenuhnya membenarkan
pandangannya sendiri. Sesungguhnya bagaimana pandangan Allah mengenai monogami
dan poligami? Inilah sebenarnya yang harus dipertanyakan, bukan bolehkah
berpoligami?
Ketika Yesus ditanya oleh orang Farisi: "Apakah diperbolehkan orang
menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Apa jawab Yesus? Dia tidak
menjawab boleh dan tidak, akan tetapi Yesus mengembalikan pertanyaan itu kepada
pemahaman orang Farisi mengenai Firman Allah yang mereka geluti setiap
hari. Demikian juga dengan pertanyaan
bolehkah berpoligami? Maka saya pun tidak menjawab boleh atau tidak, akan
tetapi saya akan mengajak anda untuk mempelajari kembali apa kata firman Allah mengenai pertanyaan
itu. Kitab Kejadian pasal 1:27-28 berkata, 1:27 Maka Allah
menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya
dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranak-cuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi.” Pada ayat ini kita menemukan hal yang prinsip
mengenai monogami dalam pernikahan. Ayat ini tidak menjelaskan bahwa Allah
menciptakan satu laki-laki dan banyak perempuan, akan tetapi Allah
menciptakan satu laki-laki dan satu perempuan yaitu Adam dan Hawa. Kemudian ayat 28 menjelaskan Allah mempersatukan
dan memberkati satu laki-laki dan satu
perempuan. Apakah anda puas dengan penjelasan ayat ini? Atau masih belum, atau mungkin dalam hati anda muncul alasan
demikian? Waktu itu kan manusia hanya
dua yaitu Adam dan Hawa, sekarang kan beda!
Yah! Wajarlah kalau sekarang manusia berpoligami! Betul, waktu itu memang manusia hanya Adam
dan Hawa, tetapi dari ayat ini kita mendapat penjelasan bahwa rencana dan
kehendak Allah bagi manusia adalah monogami. Itulah sebabnya Allah menciptakan
satu laki-laki dan satu perempuan. Kalau kehendak Allah seperti kehendak
manusia zaman sekarang ini, tentunya Allah menciptakan satu laki-laki dan
banyak perempuan, atau banyak laki-laki
dan satu perempuan. Jadi prinsip yang dapat ditarik dari pelajaran di Kitab Kejadian
pasal 1 ini adalah: dari sejak semula Allah berkenan dengan sistem
monogami bukan poligami! Artinya,
hubungan suami isteri yang Tuhan maksud adalah hubungan antara satu laki-laki
dan satu perempuan. Mengenai monogami dan poligami itu sudah menjadi kasus yang
tidak dapat dipecahkan hingga saat ini lewat perdebatan/dialog, itulah sebabnya
ketika orang Farisi ingin memancing perdebatan dengan Yesus mengenai kasus
perceraian, Yesus tidak melayani maksud orang Farisi itu.
Yesus
memberi solusi lewat Firman Tuhan yang
orang farisi fahami secara teoritis. Perdebatan mengenai perceraian dan
poligami adalah suatu perdebatan yang hangat, suatu perdebatan yang emosional,
mengapa? Karena di sana ada kepentingan dan kenikmatan duniawi yang tidak dapat dipisahkan dari orang-orang yang tidak
dapat menahan hawa nafsunya.
Selanjutnya
mari kita pelajari Alkitab dari Injil Matius pasal 19:5,6 demikian Firman Tuhan: ”Sebab
itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia." Ayat ini
benar-benar meneguhkan kita bahwa Tuhan menginginkan pernikahan yang sifatnya
monogami. Di situ tertulis, "Mereka bukan lagi dua, melainkan satu”. Bukan
tiga jadi satu atau empat jadi satu, seperti dalam poligami.
Dalam ayat ini juga dinyatakan bahwa perceraian tidak pernah ada dalam kamus
Allah. Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Apakah Anda
dapat menerima penjelasan ini? Atau
mungkin Anda mengejar saya lagi dengan pertanyaan? Kalau begitu mengapa Allah
mengizinkan Abraham, Yakub bahkan Daud, Salomo berpoligami? Dan mengapa Musa memberikan surat cerai? Kalau
dalam benak Anda bertanya demikian, maka pertanyaan Anda hampir sama dengan
pertanyaan: mengapa Allah mengizinkan manusia memakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang
jahat itu? Dari sejak penciptaan, Allah menciptakan manusia dengan kehendak
bebas, bebas memilih yang baik dan yang jahat.
Pada prinsipnya Allah memberikan FirmanNya untuk melindungi manusia
untuk tidak memilih yang jahat. Dalam kasus perceraian dan poligami, Allah juga
sudah memberikan FirmanNya kepada manusia mengenai kehendak Allah yang baik dan
yang mulia mengenai monogami, tetapi
dalam sejarah Perjanjian Lama hingga kini ternyata manusia banyak memilih
kehendaknya sendiri, bukan kehendak Allah. Manusia menjalankan pikirannya
sendiri bukan mengikuti pikiran Allah.
Oleh karena manusia menjalankan dan mengikuti pikirannya sendiri, itulah
sebabnya damai sejahtera Allah yang Allah rencanakan kepada manusia terusir
dari dalam hidupnya, bahkan manusia sama seperti Adam terusir dari kedamaian
dan kenyamanan di Taman Eden karena tidak mengikuti pikiran Allah dengan
kehendak bebasnya. Apa pun alasan kita untuk berpoligami, apakah argumentasi kita masuk akal atau dapat diterima sekian banyak orang, atau
berpoligami sudah diterima dalam suatu masyarakat tertentu dan syah secara
hukum, namun itu bukanlah batu ujian yang tepat bahwa itu adalah benar. Suatu
batu ujian yang murni adalah sejauh mana Anda dan pasangan Anda dan anggota
rumah tangga Anda dan masyarakat menikmati damai sejahtera. Sejauh mana pasangan Anda secara spontan
bersukacita tatkala Anda beritahukan bahwa sebentar lagi Anda akan memperoleh
isteri atau suami yang baru? Sejauh mana
anak-anak Anda secara spontan bersukacita, berjingkrak-jingkrak, tatkala
mendengar bahwa papa atau mamanya akan
menikah lagi. Atau sejauh mana Anda sendiri bersukacita/damai sejahtera tatkala
mendengar pasangan Anda akan menikah lagi?
Kalau memang perasaan itu yang dirasakan oleh setiap orang, maka
berpoligami merupakan hal yang baik. Tetapi kalau sebaliknya yang terjadi, maka
berpoligami merupakan hal yang tidak baik. Segala sesuatu diuji oleh hati
nurani bukan berdasarkan teori-teori agama yang sudah disalah tafsirkan. Allah
berbicara juga melalui hati nurani. Kalau Anda tergoda untuk berpoligami, mari
pelajari Firman Allah! Dan dengarkanlah hati nurani Anda jangan rasio Anda,
maka Anda akan dapat mengambil sikap yang obyektif dan tentunya akan
menyelamatkan Anda dan keluarga! Sekali lagi Allah menghendaki monogami bukan
poligami.
No comments:
Post a Comment