(Lukas 4:13)
Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya
dan menunggu waktu
yang baik.
Untuk menghimpun tenaga guna meluncurkan mata
panahnya, seorang pemanah harus menarik
mundur tali
busurnya. Demikian juga dengan
melempar lembing, tangannya mesti dimundurkan dulu baru
melempar. Orang yang
memainkan ketapel
dan orang yang mau menembak, pelatuknya mesti mundur dulu. Demikian juga dengan tolak
peluru dan lempar
cakram, tangannya harus
ke belakang dulu baru melempar. Jadi mundur belum
tentu lemah.
Ketika Daud menghadapi Goliat, selangkah pun dia tidak kenal istilah mundur. Daud dengan
gagah berani menghadapi Goliat dan tentara Filistin. Hasilnya, Goliat terkapar dan tentara Filistin
menyerah. Tetapi, ketika Saul berusaha
untuk membunuh Daud dengan melemparkan tombak
kepadanya, Daud si pembunuh Goliat yang lebih besar dari Saul mundur. Daud tidak bersedia
menghadapi Saul karena
Saul
adalah
raja yang diurapi oleh Tuhan. Mengapa
Daud mundur? Karena
Daud harus menunggu waktu yang tepat dari Allah untuk maju. Dalam pertempuran pun, Daud kadang maju, dan
kadang mundur. Tergantung Tuhan mengarahkannya kemana.
Memang ketika kita mundur
sejenak, perasaan gagal, malu ataupun gelisah bisa menjadi hantu
yang melemahkan kita. Tetapi kalau kita memandang kepada Tuhan, dan mendengar suara-Nya
seperti Daud, tentu perasaan itu tidak ada. Kita akan lebih bersuka- cita mundur ketimbang
maju tanpa kekuatan
dari Tuhan. Mundur bisa berarti
kita sedang diisi oleh Tuhan kekuatan
yang dahsyat untuk mengerjakan pekerjaan yang
spektakuler.