Tugas
seorang ayah, apakah sebagai karyawan atau sebagai businesman sering menjadi
pemisah antara ayah dan anak. Tidak jarang terjadi ayah berada di tempat yang
lain, atau di luar negeri selama bertahun-tahun karena tugas. Di kalangan keluarga menengah ke bawah sering
terjadi ayah merantau ke kota besar untuk memperbaiki ekonomi keluarga, namun
dalam perantauan tersebut sangat jarang sekali komunikasi. Pada masa dulu alat komunikasi bagi
keluarga ekonomi menengah ke bawah hanya
lewat surat. Tetapi banyak sekali para
ayah malas membuat surat sehingga selama bertahun-tahun di perantauan tidak
pernah berkomunikasi dengan anak-anaknya selain mengirimkan uang untuk
kebutuhan mereka. Para ayah tidak dapat
menjadi figur atau teladan bagi anak-anaknya karena tidak pernah dilihat/berkomunikasi/dibimbing ayah, dan semua fungsi kepemimpinan jatuh
kepada ibu. Alasan yang sering mengemuka jika ada pertanyaan demikian: mengapa
Anda tidak membawa keluargamu ikut merantau ke kota besar ini? Kebanyakan
menjawab, tidak mampu membiayai karena hidup di kota besar biayanya mahal, baik
biaya sekolah, biaya sehari-hari, dan biaya lain-lainnya! Jika hanya saya saja
merantau dan hidup dikota besar ini biayanya relatif kecil. Demikian juga alasan
orang yang ekonomi menengah yang bekerja di luar negeri dan meninggalkan anak
dan isterinya. Namun alasan itu sesungguhnya tidak cukup kuat, karena seorang
ayah yang tidak bersama dengan anak-anaknya tentunya mengalami kesepian!
Biasanya biaya yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya untuk mengusir rasa
sepi. Maka tidak sedikit para ayah
mencari hiburan dengan mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk mengatasi rasa sepinya. Keadaan inilah yang sering membuat para ayah
lupa pada keluarganya, lupa pada anak-anak di kampung, di desa; mereka menjadi
terlantar bukan hanya secara batin, tetapi juga secara materi karena sikap ayah
yang sudah berubah sehingga tidak lagi menafkahi anak dan isteri.
Terpisahnya ayah dengan anak-anaknya
karena tugas, pekerjaan atau bisnis itu menunjukkan ayah tidak dapat menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Dalam kitab Keluaran
kita dapat mempelajari tentang ”Kisah teladan
seorang Ayah yaitu Musa”. Demikian
yang tertulis dalam ayat Firman Tuhan ini, supaya mengilhami Anda sebagai ayah
untuk menjadi teladan bagi anak-anak dan isteri. Kitab Keluaran pasal 4:20 dan Kitab Keluaran pasal 18:2:
Kel 4:20 ”Kemudian
Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas
keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di
tangannya”
Kel 18:2 ”Lalu Yitro, mertua Musa, membawa serta
Zipora, isteri Musa -- yang dahulu disuruh Musa pulang”
Dari pembacaan firman Tuhan ini kita
dapat memetik Kisah teladan Ayah dari
Musa.
Pertama, Musa menolak pisah dengan anak isterinya demi tugas. Ketika itu Musa di utus Tuhan pergi ke Mesir
untuk membawa ke luar bangsa Israel dari Mesir. Tentunya tugas yang berat ini
akan dikerjakan Musa bukan dalam waktu yang sekejap. tetapi memerlukan waktu
bertahun-tahun.
Kemudian jarak dari Midian ke Mesir
bukanlah suatu jarak yang dapat ditempuh sehari perjalanan tetapi dalam waktu
yang cukup lama. Karena itulah Musa sebagai ayah teladan sudah memikirkan semuanya
sebelum Ia siap menerima tugas itu dari Tuhan. Alkitab berkata, Musa membawa
anak-anaknya berserta keluarganya ke Mesir ditempat ia akan bertugas. Musa
tidak mau terpisah dari keluarganya karena ia harus memimpin, memelihara dan
membimbing keluarganya.
Musa sebagai ayah terlihat di sini adalah
ayah yang sangat peduli segala kebutuhan anak dan isterinya. Bisa saja Musa
meninggalkan anak isterinya di rumah mertuanya, kemudian Musa mengirimkan
biayanya setiap bulannya, tetapi Musa tidak mau memberikan tanggung-jawabnya
sebagai ayah kepada pihak ketiga. Musa bertanggung-jawab terhadap tugas dan
keluarganya. Sebagai ayah, Anda
tidak cukup hanya memikirkan kebutuhan
jasmani saja. Uang yang Anda cari dan Anda
berikan kepada anak-anak bukanlah jaminan bahwa Anda sudah mencukupi semua
kebutuhan anak atau isteri Anda. Anak dan isteri Anda disamping memerlukan kebutuhan
materi, mereka juga membutuhkan kebutuhan batiniah dari Anda, seperti membelai,
menasehati, mengajar, membujuk, mengasihi, memperhatikan dan merawat mereka.
Tanggung jawab Anda sebagai ayah adalah seluruh kebutuhan yang ada dalam rumah
tangga Anda, maka barulah dikatakan sebagai ayah. Musa melakukan itu, dan ia tidak menitip
anaknya kepada mertuanya. Musa tidak menitip anaknya kepada orang tuanya, Musa
tidak menitip anaknya kepada tetangga. Musa membawa anaknya bersamanya, dan
anak serta isterinya nyaman, tenang dan damai bersamanya.
Kemudian yang kedua adalah: Musa bertanggung-jawab atas keselamatan anak
dan isterinya. Selama bertugas Musa
banyak mengalami pertentangan dari Firaun atau orang-orang Mesir dalam membawa
bangsa Israel ke luar dari Mesir. Melihat tantangan itu bisa berakibat kepada
anak dan isterinya, Musa mengungsikan
anak dan isterinya kembali ke Midian.
Musa menitipkan anak dan Isterinya kepada Yitro demi keselamatan ancaman
bahaya yang sewaktu-waktu datang dari orang Mesir kepada orang Israel. Cara
Musa ini adalah cara yang sangat bijaksana,
di tengah-tengah kesibukannya memikirkan dan memimpin bangsa Israel, ia
masih sempat memikirkan keselamatan anak dan isterinya. Oleh karena itu demi kebaikan anak dan
isterinya maka dengan terpaksa Musa harus mengembalikan anak dan isterinya ke
Midian ke tempat mertuanya untuk sementara. Maka pada saat Musa dan bangsa
Irael berhasil ke luar dari Mesir dan mereka tinggal di padang gurun sebagaimana tertulis dalam Kitab Keluaran
pasal 18:2 dan 3 yang berkata bahwa Yitro membawa anak dan Isteri
Musa dan menyerahkannya kepada Musa. Perhatikanlah bahwa ketika bertugas Musa
tidak membawa bahaya pada keluarganya. Ia kembali harus bersama-sama dengan
anak dan isterinya. Inilah teladan Musa
yang perlu kita teladani sebagai seorang ayah.
Ia tidak mau terpisah dari keluarganya oleh karena tugas, tetapi ia juga
tidak mau keluarganya menjadi korban karena tugasnya. Musa adalah orang berhikmat dalam menata
tugas dan tanggung jawabnya, baik di
luar rumah tangganya mau pun dalam rumah tangganya. Musa adalah ayah yang
menjadi teladan bagi kita saat ini supaya kita sebagai ayah memikirkan,
memelihara dan merawat keluarga kita dengan bijaksana. Kita tidak menjadi korban tugas, dan kita pun
tidak menjadi korban keluarga.
Keseimbangan antara tugas dan keluarga inilah yang dijalankan oleh Musa.
Ia mampu memimpin bangsa Israel, dan ia juga mampu memimpin anak dan isterinya.