Saturday, May 31, 2014

Peran Anak Dalam Menciptakan Suansana Mesra Dalam Keluarga.


Hadirnya pertengkaran antara suami dan istri tidak semata-mata disebabkan oleh keadaan ekonomi, tetapi bisa juga disebabkan oleh anak-anak.  Pertengkaran sering terjadi karena perilaku anak-anak sehari-hari.  Anak-anak yang tidak bertanggung-jawab terhadap pendidikannya sendiri, atau tugas sehari-hari yang sudah dipercayakan oleh orang tua kepada mereka.  Kemudian juga pertengkaran bisa  terjadi juga  karena anak-anak tidak taat kepada orang tua dengan cara berbohong.  Misalnya;  Anak datang kepada  ayah meminta sejumlah uang, kemudian ayah berkata bukankah ibumu sudah memberikannya? Sahut anak, saya jarang diberikan uang oleh ibu, sehingga SPP saya sudah telat tiga bulan.  Padahal uang yang diberikan oleh ibu dihabiskannya untuk berfoya-foya.  Nah, hal ini dapat memicu pertengkaran antara suami dan istri.  Suami yang tidak bijaksana bisa saja langsung mencak-mencak kepada istrinya dan istri yang tidak merasa salah bisa saja langsung emosional.  Pertengkaran terjadi bahkan bisa kepada perceraian karena ketidak-taatan anak diwujudkan dengan cara berbohong dlsb.  Hadirnya suasana mesra di dalam rumah tangga tidak semata-mata usaha ayah dan ibu, anak juga berperan penting di dalamnya. 

Surat Efesus 6:1–3 berbunyi demikian,  “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”

Ketaatan di dalam Tuhan berbeda dengan ketaatan di luar Tuhan.  Ketaatan di dalam Tuhan, baik di luar atau pun di dalam itu transparan, tetapi ketaatan di luar Tuhan adalah suatu keterpaksaan yang tidak menyentuh batiniah.  Saudara-saudara Yusuf mentaati orang tuanya untuk menggembalakan ternak di padang, tetapi di saat yang sama mereka melakukan kejahatan di padang dengan menjual Yusuf.  Itu salah satu ketidak-taatan yang dicatat oleh Alkitab, tentunya ketidak-taatann lainnya masih banyak.  Ketaatan Yusuf luar dan dalam, dia taat kepada ayahnya di dalam kontrol ayahnya mau pun diluar area kontrol ayahnya.  Ketaatannya tidak terbatas di hadapan manusia tetapi di hadapan Allah yang dapat memperhatikan semua tingkah laku manusia. Alkitab mencatat,  untuk mentaati orang tua harus  di dalam Tuhan.  Ayat ini secara implisit berisikan penjelasan tentang ketaatan bukan hanya di hadapan manusia.  Yusuf telah membuktikan ketaatannya kepada orang tuanya dengan cara tidak membalas semua perbuatan jahat dari saudara-saudaranya.  Ketaatan Yusuf menghadirkan kemesraan untuk semua keluarganya, walaupun itu dapat dinikmati keluarganya setelah puluhan tahun dimana Yusuf membawa semua keluarganya ke Mesir karena di Israel terjadi kelaparan hebat.  Suasana mesra terjadi di dalam rumah tangga Yakub, karena ketaatan anaknya Yusuf.
Peran anda sebagai seorang anak yang diwujudkan dengan  ketaatan kepada orang tua di dalam Tuhan, dapat menciptakan suasana mesra di dalam keluarga.  Bagaimanakah keadaan dalam keluarga Anda saat ini? Jika Anda adalah seorang anak yang menjadi sumber pertengkaran bagi  kedua orang tua, berhentilah dengan sikap buruk itu. Karena  jika orang tua berpisah karena perlakuan Anda, maka Anda jugalah yang akan merasakan akibatnya. 
Oleh karena itu turutilah firman Tuhan  yang menganjurkan Anda untuk mentaati orang tuamu di dalam Tuhan.  Ketaatan Anda akan menghadirikan suasana mesra   di dalam keluarga, dan  Anda pun berbahagia.   Pilihannya berada pada Anda. 

Alkitab melanjutkan dengan kata  menghormati ayah dan ibu.  Artinya Anda tidak boleh pilih kasih hanya menghormati salah satunya.  Ada seorang anak yang sangat menghina ayahnya karena ayahnya suka mabuk.  Tetapi sikap anak ini tidak mengurangi perilaku buruk ayahnya, justru ayahnya semakin benci melihat sikap anaknya dan terjadilah pertengkaran di rumah antara anak dan ayah.  Tetapi ada juga seorang anak yang sangat menghormati ayahnya yang pemabuk, ayahnya menjadi simpati dan segan kepada anaknya ini.  Suatu ketika ayahnya bertengkar dengan ibunya, anaknya yang menghormati kedua orang tuanya ini menjadi penengah, akhirnya pertengkaran dapat dielakkan.  Alkitab mengajarkan kepada anak, supaya menghormati ayah dan ibunya sekali pun mereka mungkin tidak menjadi teladan baginya, tetapi lewat rasa hormat Anda kepada ayah dan ibu dapat menghadirkan suasana mesra di dalam keluarga Anda.   Biasanya ayah yang tidak menjadi teladan dalam rumah tangga, dimusuhi istri dan anak-anaknya, nah kalau demikian adanya ayah semakin brutal.  Tetapi jika anak-anak tetap mencintai dan menghormati ayahnya, besar kemungkinan ayahnya akan disadarkan oleh anak-anaknya. Ayahnya dapat merasa malu sendiri dengan perlakuannya yang buruk, menimbulkan dan mendorong kekuatan dalam dirinya untuk berubah dari sifat buruknya.  Sifat anak-anak yang menghormati ayah atau ibunya yang tidak menjadi teladan menjadi alat ditangan Tuhan untuk menyadarkan orang tuanya.


Jika Anda seorang anak-anak,  berilah hormat kepada orang tua Anda tampa memandang sikapnya.  Turutilah Firman Tuhan dengan menghormati ayah dan ibu di dalam Tuhan tanpa pilih kasih.  Sikap Anda yang  hormat serta santun akan memimpin orang tua Anda  kepada Tuhan.  Tuhan akan mengasihi Anda dan akan menolong orang tua Anda untuk berubah.  Tidak sedikit orang tua berubah karena perilaku anak-anaknya yang santun dan hormat.  Perubahan itu tentunya akan menciptakan suasana mesra di dalam keluarga Anda.   Anak yang taat kepada  orang tua dapat menciptakan suasana mesra di dalam rumah tangganya.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Peran Istri Dalam Menciptakan Kemesraan Keluarga


Istri merupakan pilar rumah tangga. Jika ia lemah maka rubuhlah rumah tangga itu, jika ia kuat maka berdiri teguhlah rumah tangga itu.  Sebagai pilar berarti posisinya dapat mengukuhkan dan dapat menghancurkan keluarga. Tidak sedikit dijumpai bahwa istri sebagai penghancur rumah tangganya.  Secara sadar mau pun tidak sadar mereka merusak keluarganya dengan cara  keranjingan kegiatan di uar rumah, seperti: arisan, fitness, yoga, karaoke, latihan tari, Dharma Wanita, dlsb.  Kegiatan di luar menjadi alasan bagi istri untuk tidak mengurus rumah tangganya.  Melihat contoh kondisi ini, berarti peran istri  dapat menciptakan kemesraan dalam keluarga, jika istri memposisikan dirinya sebagaimana  seharusnya.

Kitab Amsal pasal 31:10–31 dapat mendasari pembicaraan ini, namun cukuplah jika dibaca dari ayat yang ke 10 sampai 14 saja.
Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya.
Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya.Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.

Seorang istri yang memberikan diri kepada keluarga dapat menciptakan suasana mesra dalam keluarga.  Dalam kitab Amsal pasal 31 menjelaskan secara terperinci bagaimana istri yang memberikan diri kepada keluarganya.  Pada ayat 13-15 istri dikatakan senang bekerja atau disederhanakan dengan kalimat, senang melayani keluarganya.  Istri yang senang melayani keluarganya, mengundang kepercayaan dari suami.  Mengapa? Karena pekerjaan di dalam rumah tangga itu pasti telaksana sebagaimana mestinya. Istri yang senang melayani akan memperhatikan secara detail kebutuhan keluarganya, seperti kebutuhan suami, kebutuhan anak-anak bahkan kebutuhan pembantunya.  Itulah sebabnya ayat 15 membeberkan mengenai istri yang cakap dan yang memberi diri kepada keluarganya, bangun lebih awal dan menyediakan makanan bagi keluarganya serta mengelola seluruh pekerjaan di seputar rumahtangganya. 

Sungguh besar peran istri untuk menciptakan suasana mesra dalam keluarga. Istri mengepalai seluruh proyek yang ada dalam rumah tangga itu dan mempertanggung-jawabkannya kepada suami sebagai kepala.  Memang ada keluarga dimana istri tidak langsung menangani sendiri pekerjaan yang berkenaan dengan  dapur,  tetapi tehnis dan tanggung jawabnya tetap berada pada istri. Sedangkan anak, famili atau pembantu adalah pelaksana dari tugas yang dimandatkan oleh istri.  Istri harus merancang/merencanakan setiap hari kesejahteraan dalam rumah tangganya.  Semua ini dapat dilaksanakan jika istri senang melayani.  Permasalahan yang sering terjadi sehingga kemesraan terusik dalam keluarga adalah istri memberikan semua tanggung jawab kepada pembantu atau famili yang menumpang di rumah tersebut.  Bahkan tugas mendidik anak, mengajar, memberi makan, mengganti popok diserahkan kepada pembantu. Jika kondisinya demikian rumah tangga akan ambruk karena peran istri yang buruk atau malas. 
Istri yang berperan sebagaimana mestinya akan memberikan kesejahteraaan kepada seisi rumahnya.  Dia senang bekerja, tidak malas-malasan, tidak suka ngerumpi dan perhatiannya dipusatkan kepada keutuhan keluarganyanya.  Oleh karena itulah Amsal mengatakan bahwa istri yang cakap lebih berharga dari permata. Mengapa istri dibandingkan dengan permata? Karena tidak seorang pun yang tidak suka dengan permata. Permata memiliki nilai tinggi dan penulis amsal membandingkan istri yang cakap lebih dari yang terbaik dari segala materi.
Apakah Anda seorang istri yang cakap? Bila Anda seorang istri yang cakap, hal itu dapat dibuktikan sejauh mana Anda  memperhatikan seluruh kebutuhan keluarga. Sejauh mana Anda mendorong suami dalam pekerjaannya, sejauh mana Anda mendidik anak-anak, dan sejauh mana Anda memelihara hubungan dengan orang tua maupun mertua Anda, karena itu berkaitan dengan keluarga Anda.  Saya percaya bahwa sebagai seorang istri yang memberi diri kepada keluarganya, Anda dapat menciptakan kemesraan dalam keluarga Anda, dan disebut sebagai istri yang berbahagia yang selalu dirindukan oleh seisi rumahnya.

Istri yang memberi diri kepada keluarganya juga bercirikan ayat 12 bahwa istri menghormati suaminya.  Istri yang tidak hormat kepada suaminya identik dengan berbuat jahat.  Istri yang berbuat jahat kepada suaminya perlakuannya  selalu meremehkan pekerjaan/penghasilannya, membicarakan kelemahan suami kepada anak-anak bahkan kepada orang lain, serta menghianatinya.  Seorang istri yang menghormati suaminya, akan menerima segala kelemahannya dan dia  melengkapi kekurangan suaminya  dengan kelebihannya yang ada padanya.  Istri akan selalu menjaga wibawa sang suami di depan anak-anaknya terlebih di depan orang lain.  Istri akan menghargai pekerjaan dan penghasilan suaminya sebesar atau sekecil apa pun itu.  Istri dapat mengatur penghasilan suami secara bijak demi keluarganya.
Jika sebagai istri Anda dapat menerima segala kelemahan suami, dapat menerima penghasilan suami, dapat menghargai suami di depan anak-anak serta menjaga kerahasiaaan keluarga kepada orang lain, maka Anda disebut  istri yang memberi diri kepada keluarga Anda, serta akan menikmati suasana mesra dalam keluarga Anda.  Istri yang takut akan Tuhan dapat menciptakan suasana mesra di dalam rumah tangganya.


Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Friday, May 30, 2014

Konflik dan Kemesraan


Biasanya, konflik timbul karena keegoisanSurat Yakobus  4: 1,2  berbunyi demikian:
“Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.”

Firman Tuhan menjelaskan kepada kita, bahwa konflik atau sengketa dan pertengkaran timbul dari hawa nafsu/keegoisan.  Konflik dalam rumah tangga terjadi karena masing-masing pasangan ingin memuaskan nafsunya atau memenuhi ego nya saja tanpa memikirkan yang lain.  Bukankah konflik yang terjadi antara Kain dan Habil, Esau dan Yakub, Amnon dan Absalom terjadi karena masing-masing ingin memuaskan egonya?  Sebagai contoh lagi yaitu Abraham konflik dengan Sarai juga karena ego, Alkitab mencatat demikian,
Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu. Pada waktu ia akan masuk ke Mesir, berkatalah ia kepada Sarai, isterinya: "Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya.  Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau."Sesudah Abram masuk ke Mesir, orang Mesir itu melihat, bahwa perempuan itu sangat cantik, dan ketika punggawa-punggawa Firaun melihat Sarai, mereka memuji-mujinya di hadapan Firaun, sehingga perempuan itu dibawa ke istananya. Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta.
Bisa kita interpretasikan bahwa Abraham dan Sarai mengalami konflik yang sangat besar, demi kepentingan Abraham.  Mana mungkin Sarai mau menerima begitu saja saran dari Abraham supaya dia diperistri oleh Firaun.  Pasti terjadi konflik di sana, dan oleh perlindungan Tuhan maka Sarai tidak jadi diperistri oleh Firaun.  Abaraham konflik lagi dengan Firaun yang bermuara kepada pengusiran Abraham dari Mesir.
Keegoisan selalu menciptakan konflik baik itu di masyarakat mau pun di tengah-tengah keluarga.  Selama keegoisan itu bersemayam pada masing-masing anggota keluarga, maka tidak akan terjadi kemesraan  dalam  rumah  tangga  Anda. Nasehat  Firman  Tuhan  dalam  Filipi 2:4  menyatakan,
dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga 

Kemesraan timbul seiring berakhirnya sifat egois.  Sifat egois berakhir ditandai dengan kerelaan meminta pertolongan kepada Tuhan, mengaku salah, dan sedia membicarakan konflik secara langsung.  Surat Yakobus tadi menjelaskan bahwa konflik terjadi karena tidak berdoa.  Ketidak-relaan dalam berdoa sekaligus tidak rela mengaku salah dan membicarakannya.  Jadi berdoa adalah langkah utama dalam mengakhiri sifat egois dalam diri sendiri. 
Setelah beres dengan Tuhan, kemudian Tuhan akan memberikan kerendahan hati kepada Anda untuk mengaku bahwa konflik terjadi juga karena peran kita.  Setelah pengakuan itu maka dimungkinkan bagi anda untuk membicarakan konflik itu dengan kepala dingin.  Hati Anda dan pasangan Anda akan dicairkan oleh Tuhan, ketika Anda rela datang kepadanya dan menyerahkan masalah Anda untuk diselesaikan, dan  Tuhan memberikan kekuatan kepada Anda  untuk mengaku salah dan berani membicarakan konflik itu dengan pasangan Anda.  Tuhan sebagai penolong, namun penyelesaian konflik tersebut diserahkan kepada Anda.  Nah jika Anda sudah berdoa maka Anda harus bertindak untuk mengevaluasi diri, sejauh mana peran Anda dalam konflik itu yang perlu diakui kepada pasangan Anda.  Kemudian Anda memulai untuk membicarakan konflik itu kepada pasangan anda dengan cara: Anda mengerti dan menjadikan diri Anda wadah/siap mendengar ketimbang bicara duluan. Bagaimana Anda dapat mengerti seseorang? Memang tidak mudah, karena kita cenderung untuk terlalu cepat ingin menjelaskan maksud kita dan membela diri kita. Tapi kita harus belajar untuk lebih dulu mengerti sebelum dimengerti oleh orang lain.
Surat Yakobus 1:19,20 menyatakan, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.”
Esau dan Yakub berhasil mengatasi konflik mereka dengan pertolongan Tuhan, juga melalui kesediaan Yakub untuk bertemu dan mendengar Esau.  Yakub merendahkan diri dan siap membicarakan konflik mereka dengan Esau, akhirnya yang terjadi adalah kemesraan yang bersemayam di antara mereka.  Konflik berakhir karena egois telah disingkirkan dari hidup mereka.  Demikian juga Abraham menikmati kemesraan sampai akhir hayatnya bersama Sarai  istrinya ketika mereka berhasil melenyapkan keegoisan mereka, dan konflik pun menjauh dari hidup mereka.

Konflik dan kemesraan sering hadir bergandengan, kedua sifat ini kontradiktif tetapi realitanya dia selalu hadir dalam rumah tangga, gereja, dan masyarakat.  Perlu bagi kita memiliki suatu ketrampilan bagaimana mengatasi konflik supaya kemesraan bebas bersemayam di tengah-tengah keluarga kita. Jadikanlah konflik sebagai wadah mengundang kemesraan dalam rumah tangga Anda.


Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Thursday, May 29, 2014

Menciptakan Suasana Mesra Dengan Hidup Benar.


Baru-baru ini Trans TV melansir sebuah berita yang sangat memilukan.  Ada satu keluarga yang sedang bertengkar yang berimbas kepada pembakaran kedua anaknya yang bernama Lintang dan Indah.  Penyebab pertengkaran itu katanya karena istri tidak setuju dengan ulah suaminya yang suka mabuk-mabukan.  Ketidak-sudian itu memuncak dalam suatu pertengkaran yang membuat istrinya emosi lalu  melampiaskan kepada  kedua anaknya dengan cara membakarnya.

Seandainya saya menanyakan hal ini kepada mereka, siapa yang salah?  Mereka akan saling menuduh dan masing-masing tidak mengaku salah.  Istri mungkin akan berkata, gara-gara suami saya yang suka mabuk maka hal itu terjadi.  Suami juga mungkin akan berkata, mabuk itu biasa, lihat saja suami orang yang mabuknya lebih parah dari saya bahkan suka menganiaya istrinya, tidak tega membakar anaknya.  Demikianlah keadaan keluarga-keluarga yang hidupnya tidak benar di hadapan Tuhan Allah.  Untuk menciptakan suasana mesra di tengah-tengah keluarga adalah hidup benar di hadapan Tuhan. 

Keluarga Nuh adalah tipikal  Keluarga Hidup Benar.   Kejadian pasal 6:9–13  berbunyi demikian: 
Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet.  Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.  Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.
Mengapa keluarga Nuh berkenan di hadapan Tuhan serta menyelamatkan mereka dari air bah?  Jawabnya adalah  Nuh Hidup bergaul dengan Allah.  Dikatakan Nuh adalah seorang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya.  Pertanyaannya; bagaimana Nuh dapat  hidup benar? Jawabnya adalah Allah yang membenarkan Nuh, lewat apa? Lewat  Allah dan tanggapan/kepercayaan Nuh terhadap pembenaran yang tentunya Allah tawarkan kepada Nuh. Lewat pembenaran, Nuh dapat  hidup bergaul dengan Allah.
Seseorang yang tadinya baik dan tulus, kemudian dia bergaul dengan pencuri, maka secara perlahan-lahan orang tersebut memiliki sifat pencuri.  Mengapa dapat demikian? Karena di dalam pergaulan itu ada pengajaran, pendidikan, dan pengaruh.  Di dalam pergaulan sering sekali terjadi pengajaran non formal.  Sebagai contoh, seorang  pencuri kelas teri masuk penjara, setelah keluar dari penjara, dia berubah menjadi pencuri kelas kakap, kenapa? Karena dia bergaul dengan sesama pencuri lain yang lebih pintar darinya.  Di dalam penjara mereka saling mengisi satu dengan yang lainnya.  Demikian halnya dengan Nuh, dalam pergaulannya dengan Tuhan Allah, Nuh beroleh pengajaran tentang kebenaran, kasih dan kelembutan.  Hidup Nuh dipengaruhi dan dikuasai oleh Roh Tuhan sehingga kekudusan Tuhan, sifat-sifat Tuhan terpancar keluar dari pribadi Nuh yang dapat dirasakan, dilihat, dan diketahui oleh sesama sehingga Alkitab mencatat bahwa Nuh tidak bercela diantara orang-orang sezamannya.
Nuh sebagai pemimpin dalam rumah tangga,  relasinya dengan Allah tercipta dengan mesra, sehingga ketika Allah merencanakan untuk membinasakan bumi serta penyelamatan keluarga Nuh, rahasia itu diberitahukannya kepada Nuh.  Relasi yang mesra dengan Tuhan Allah membuat relasi mesra juga dengan keluarga, sebaliknya relasi yang buruk dengan Tuhan membuat relasi buruk dengan sesama.

Apakah relasi Anda dengan seorang pemabuk? Seorang pencuri? Atau seorang benar?  Sesungguhnya  suasana mesra hanya tercipta dalam rumah tangga Anda, jika Anda hidup benar dan bergaul dengan Tuhan.  Tuhan yang akan mewarnai dan memberi hikmat kepada Anda untuk mengatur rumah tangga Anda.  Tuhan yang akan memperbaiki komunikasi kita yang tidak sempurna, sehingga memperkecil miskomunikasi dan misunderstanding dalam rumah tangga Anda.  Perbaikan dan pembaharuan yang Tuhan buat mengakibatkan Anda dapat berlaku kudus di dalam masyarakat terlebih-lebih dalam rumah tangga Anda.  Yang perlu bagi Anda sekarang adalah tanggapan dan iman Anda kepada Tuhan, karena Dia selalu mengetuk pintu hati Anda untuk masuk dalam kehidupan rumah tangga Anda, apakah Anda bersedia? Satu perenungan bagi keluarga yang kini  sedang mengalami gejolak.

Tuhan Allah sebagai pelindung terhadap suasana mesra dalam keluarga yang benar.  Keluarga Nuh pada zaman itu berada di antara keluarga-keluarga yang sudah rusak.  Tuhan Allah berfirman kepada Nuh bahwa semua manusia sudah rusak dan menjalankan kekerasan.  Dapat Anda bayangkan bagaimana berada di antara manusia yang jahat, brutal, kotor, najis, brengsek, dlsb.  Kalau saya membayangkan rasanya hidup itu tertekan dan pengaruh dari luar akan terbawa kepada keluarga.  Lain halnya dengan Nuh, keluarganya hidup dalam suasana mesra.  Pengaruh dari luar tidak mampu merusak hubungan antara Nuh dan istrinya,  antara anak dan ayah, antara menantu dan mertua.  Semua terjalin dengan mesra.  Sebagai buktinya Alkitab berkata, Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.  Ketika Tuhan Allah hendak  membinasakan seluruh bumi, semua anak dan menantunya ikut dalam bahtera yang telah dipersiapkan Tuhan melalui Nuh.  Mereka hidup mesra di dalam bahtera selama 150 hari.  Bahkan binatang-binatang pun baik yang jinak dan liar turut dalam bahtera Nuh.  Kemesraan dalam keluarga Nuh terpelihara, sekali pun air bah (kesulitan) datang. Dengan perlindungan Tuhan Allah maka air bah selama 150 hari tidak dapat merusak suasana mesra di dalam rumah tangga Nuh.  Justru air bah menjadi sarana rekreasi bagi keluarga Nuh.  Itulah Tuhan, yang melindungi suasana mesra dan tidak dapat dirampas oleh siapa pun.

Suasana mesra dalam keluarga Anda akan tetap terpelihara, selama Anda hidup benar.  Tidak akan ada menantu yang meninju mertua, tidak akan ada anak yang membunuh ayah, tidak akan ada istri yang membunuh suami, tidak akan ada ibu membakar anak sendiri, tidak akan ada alkohol yang menguasai suami, yang ada adalah suasana mesra yang ditopang dengan saling pengertian, saling memperhatikan, saling memberi diri dan saling melayani.  Tuhan menyelamatkan Nuh, istri, ketiga anak-anaknya serta menantunya karena mereka hidup benar di hadapan Tuhan.  Secara ekonomi mereka terpelihara oleh Tuhan, masa depannya dijamin oleh Tuhan.  Kedamaian, ketenangan menjadi bagian mereka. 

Sebagai penutup Firman Tuhan dari kitab  Yesaya 32:17 dan Yesaya 48:18,19  akan menjadi pegangan dalam aktivitas sehari-hari kita:

Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku."
 


Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Menciptakan Suasana Mesra lewat Saling Mengampuni.


Dalam kehidupan rumah tangga, kita sadar betul bahwa tidak ada rumah tangga yang sepanjang hari selalu damai dan tentram.  Sebetulnya kehidupan berkeluarga ditandai oleh suasana ribut mau pun suasana damai.  Biar bagaimana pun rukunnya keluarga, bukankah dalam kenyataannya terjadi juga keributan?  Mana ada suami dan istri, adik dan kakak yang tidak bernah bertengkar! Atau anak dan orang tua yang tidak pernah bertikai.  Realistisnya kerukunan dan keributan merupakan warna perjalanan hidup dalam rumah tangga. Mengapa dalam rumah tangga yang saling mencintai sekali pun dapat terjadi keributan?  Penyebabnya  tentu berbeda-beda.  Ada karena miskomunikasi, salah mengerti, salah persepsi, salah bicara dan masih banyak penyebab lainnya karena manusia memang tidak sempurna.  Keributan rentan terjadi di dalam satu keluarga atau dalam satu komunitas yang saling bersosialisasi.   Hidup rukun  adalah merupakan dambaan dari setiap orang.  Pertanyaannya bagaimana menciptakan suasana mesra atau rukun dalam rumah tangga?

Untuk menciptakan suasana mesra dalam rumah tangga kita  perlu menyadari arti sebuah pengampunanMatius 18 : 21–22. “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. 

Pertanyaan Petrus ini dilatarbelakangi dari ayat sebelumnya yaitu Matius 18:15–20 berbicara tentang menasihati sesama.  Pada pasal ini Tuhan Yesus mengindikasikan bahwa dalam gereja  itu pasti ada cacat cela, konflik dan perbedaan. Bagi yang dewasa dan yang berwawasan luas sebaiknya memberikan nasihat dan jika mereka menerima nasihat itu dan berubah, layak untuk diterima kembali dan diampuni.  Setelah penguraian Yesus, maka serta merta Petrus  melayangkan pertanyaan pada ayat 21 tadi.  Di sini dapat dilihat bahwa Petrus sangat menyadari arti sebuah pengampunan, karena dalam gereja hampir sama keadaannya dalam rumah tangga.  Tidak ada anggota yang keseluruhannya tidak ada masalah, pertentangan, pertikaian dan pertengkaran.  Menyadari itulah  sehingga Petrus bertanya lebih jelas lagi kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana mengampuni.

Untuk membangun rumah tangga yang mesra Anda harus menyadari arti sebuah pengampunan. Karena dalam rumah tangga yang saling bersentuhan rentan konflik, pertengkaran, dan pertikaian.  Dengan menyadari arti sebuah pengampunan ini akan mempersiapkan Anda untuk melihat atau mengerti sisi dari sebuah konflik dan Anda sudah siap dengan sejuta pengampunan.  Jika dalam suatu rumah tangga terjadi pertengkaran, maka dengan menyadari arti sebuah pengampunan ini merupakan cara untuk dapat memahami sebuah konflik yang nantinya akan  bermuara kepada pengampunan.  Jika semua konflik dan pertengkaran rumah tangga sudah bermuara kepada pengampunan maka kondisi rumah tangga itu tercipta suasana mesra.


Pengampunan yang tidak terbatas merupakan cara menghadirkan suasana mesra dalam rumah tangga.  Pertanyaan Petrus tentang mengampuni di jawab oleh Yesus di dalam ayat 22 yang memberi arti bahwa pengampunan itu tidak terbatas.  Jawaban Yesus ini kita sambut dengan ya dan amin. Logika dan alami, kebenaran jawaban ini menjawab semua masalah dalam dunia ini.  Mengapa bisa dikatakan demikian?  Karena jika pengampunan terbatas maka setiap detik manusia dalam  dunia ini akan diwarnai pertengkaran, pertikaian, perselisihan, peperangan, pembunuhnan atau pertumpahan darah.  Tidak akan ada waktu untuk menikmati hidup selain penghancuran dan pembinasaan,  dikarenakan tendensi manusia untuk melakukan kesalahan demi kesalahan sepanjang hidupnya. Pengampunan yang tidak terbatas adalah penawar dari semua kesalahan-kesalahan manusia yang pasti akan bersosialisasi satu sama lain.  Jika ditilik dari rumah tangga maka di sana pun tendensi untuk membuat kesalahan itu cukup rentan.  Jika suami mengampuni kesalahan istrinya cukup hanya 3 kali saja, maka istri pun akan mengampuni suami atau anak hanya 3 kali saja.  Setelah lewat 3 kali maka tidak ada lagi pengampunan, berarti terjadilah kehancuran rumah tangga.  Di sana tidak akan bersemayam kemesraan.

Ampunilah baik suami, istri mau pun anak-anak dengan tanpa batas. Itulah kebenaran yang sebenar-benarnya dan itu pulalah yang akan menciptakan suasana mesra dalam rumah tangga  Anda.  Mungkin Anda sudah berkali-kali mengampunia suami atau istri Anda, dan Anda sekarang berkata;  cukuplah saya mengampuninya karena saya manusia terbatas, saya bukan malaikat dan dengan berbagai alasan lainnya.  Sebetulnya alasan itu adalah alasan emosional dan jika Anda bersikukuh dengan alasan itu, kira-kira apa yang Anda dapatkan dari sikap itu.  Seyogyanya Anda menampuni keluarga dengan tidak terbatas, dengan penuh kualitas dalam arti tidak lagi mengingat-ingat apa yang diperbuatnya kepada Anda.  Pasti Anda akan dapat menyelesaikan konflik, pertengkaran dan pertikaian yang ada secepat mungkin dengan bermuara kepada kemesraan keluarga Anda sendiri.  Lakukannlah tanpa menimbang-nimbang karena itu perintah Tuhan Yesus Kristus kepada kita umat percaya untuk saling mengampuni sesama.

Dengan menyadari arti sebuah pengampunan, serta kerelaan memberi pemgampunan tanpa batas dan penuh kualitas, maka keributan, pertengkaran, pertikaian rumah tangga dapat segera diatasi hari lepas hari.  Seiring dengan teratasinya konflik maka pada saat itu pulalah suasana mesra tercipta di tengah-tengah rumah tangga Anda.  




Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Menciptakan Suasana Mesra Lewat Pujian.


Dengan tidak menutup mata, kita sering memperhatikan keluarga yang tercerai berai, pernikahan yang mendingin, kebekuan dalam rumah tangga.  Mengapa hal ini banyak terjadi dalam keluarga.  Penyebabnya  salah satu  adalah kritikan, intimidasi dan mempersalahkan dalam rumah tangga. Jika kritikan yang menghiasi rumah tangga setiap hari, maka dipastikan kebekuan akan tercipta di tengah-tengah rumah tangga.  Apabila kebekuan sudah terjadi, masing-masing anggota keluarga akan mencari kehangatan di luar rumah.  Suami akan mencari-cari kesibukan di kantor, istri akan keranjingan arisan, anak akan banyak kegiatan di luar rumah.  Suasana demikian adalah keretakan rumah tangga secara defakto.  Keretakan puncak adalah secara dejure yang akan dilangsungkan di Pengadilan.

Pujian dapat mencairkan kebekuan rumah tangga.  Memang pujian kelihatannya perbuatan sepele tetapi memberikan makna yang hebat di dalam hubungan.  Orang yang sukses biasanya pandai memberikan pujian; politikus, pembicara, pengusaha sering mengeluarkan kata-kata pujian.  Kalau orang hebat sering menggunakan kata pujian untuk menghangatkan hubungan mengapa tidak digunakan dalam rumah tangga Anda?  Pujian dapat menciptakan suasana mesra dalam rumah tangga Anda. Pertanyaannya bagaimana menyajikan pujian yang  bijaksana?

Untuk menciptakan suasana mesra dalam keluarga Anda, diperlukan ketrampilan memberikan pujian.  Dalam Alkitab Kidung Agung kita dapat belajar bagaimana keindahan dan suasana mesra menguasai hati mempela laki-laki dan mempelai perempuan.  Kidung Agung pasal 4 : 1–4 demikian,
“Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead. Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya. Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung.”
Perhatikan bagaimana ketrampilan Salomo dalam menyajikan pujian kepada istri pertamanya. Salomo mengungkapkan kekagumannya yaitu berupa kecantikan fisik dan kepribadian sang istri.  Kepribadiannya di puji dengan berkata, bagaikan merpati matamu di balik telekungmu.  Dalam budaya  dunia  Timur kuno, merpati adalah lambang ketenangan dan kedamaian. Jadi kata ini,   menunjukkan bahwa sang mempelai perempuan adalah seorang pribadi yang tenang, dan pendamai.   Salomo trampil dalam menyajikan pujian, dia tidak hanya memuji kecantikannya, tetapi memuji kepribadiannya juga.
Apabila ketrampilan Salomo ini menjadi ketrampilan  pasangan Anda, pastilah suasana rumah tangga Anda akan terasa hangat dan bergairah.  Suasana cinta mula-mula bersemi kembali, yang mengusir  kesepian, dingin, kegersangan, kebencian dan perasaan-perasaan negatif lainnya.
Pertanyaannya sekarang,  apakah di usia pernikahan Anda  saat ini masih ada kata pujian pada pasangan Anda?  Atau pujian itu sudah sepi dan nyaris tidak pernah kedengaran lagi, atau mungkin sudah dialamatkan kepada orang lain.  Kalau pujian sudah menjadi sepi dan pindah alamat, berhati-hatilah karena bahaya kebekuan sedang mengancam rumah tangga Anda.  Sadarilah itu dan perbaikilah sebelum kebekuan itu menggunung.  Biasakanlah memberikan pujian di dalam hidup Anda terutama keluarga,  karena pujian akan menciptakan suasana mesra dalam rumah tangga Anda.

Dalam memberikan pujian perhatikan kebenaran isi pujian dan ketulusan Anda.  Salomo dalam nats Alkitab tadi berkata, Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.”   Di Palestina, kambing biasanya berwarna hitam dan sekawanan kambing digiring turun dari gunung  pada saat matahari terbenam.  Maksudnya adalah bahwa rambut mempelai perempuan itu berwarna hitam tebal bergelombang dan mempunyai kualitas yang tiada duanya memiliki daya pesona.  Perhatikan, Salomo menyajikan pujian kepada mempelai perempuannya di dasarkan pada kenyataannya serta tulus.  Pujian di sajikan tanpa melupakan satupun keindahan-keindahan yang dilihat Salomo dari mempelai perempuannya.  Semuanya diungkapkannya secara nyata dan  jujur.  Sehingga suasana di antara kedua mempelai ini semakin mesra dan bergairah.  Pada pasal dan ayat selanjutnya mempelai perempuan kembali memuji mempelai laki-laki.
Sebagaimana nats Alkitab ini berbicara kepada Anda,  bahwa jika Anda menyajikan pujian kepada pasangan Anda pujilah dengan benar dan tulus, jangan mengada ada atau mengarang.  Sebagai contoh:  Istriku masakannya enak sekali, padahal Anda makan sedikit karena tidak enak.  Anda hanya ingin menyenangkan hati istri, tetapi tidak jujur.  Nah pujian seperti ini manipulatif dan tidak dibutuhkan pasangan Anda. Kemudian jangan memberikan pujian kepada pasangan Anda jika ada udang dibalik batu.  Pujian yang isinya tidak sesuai  dengan kenyataan cepat atau lambat baunya segera tercium.  Jika Anda memberikan pujian yang benar dan tulus Anda pun akan menerima pujian yang tulus.  Rumah tangga Anda akan dihiasi dengan gairah emosi yang positif, kehangatan dan kemesraan tumbuh subur yang membuat keluarga Anda berbahagia. Mulailah dan lakukanlah sekarang dan jangan saling menunggu.


Memang, memberikan pujian adalah salah satu resep untuk menciptakan suasana mesra di dalam rumah tangga Anda.  Perlu diperhatikan  memberikan pujian juga diperlukan ketrampilan, dan kebenaran isi pujian harus sesuai dengan kenyataan serta ketulusan Anda. 
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Menciptakan Suasana Mesra Lewat Kerendahan Hati


Kebekuan dalam rumah tangga dan akhirnya sampai pada perceraian terjadi karena masing-masing menganggap dirinya lebih utama dan lebih tinggi harkat dan martabatnya.  Dengan kondisi demikian  di antara pasangan itu  sering sekali tidak terjadi kecocokan dan tidak saling melayani, justru menunggu untuk dilayani.  Suami berkata dalam hati, saya ini kan sumber kebutuhan rumah tangga, tanpa saya mana bisa hidup.  Istri pun berkata demikian, saya ini kan yang mengurus rumah tangga terlalu capek bagiku kalau dituntut lagi melayani suami.  Tanpa saya juga rumah tangga ini tidak akan berjalan dengan baik.  Keadaan yang menganggap diri lebih utama adalah pemicu keretakan dalam rumah tangga.  Jika rumah tangga sudah retak,  diperlukan usaha ekstra untuk memperbaiki bahkan membangun kembali.  Untuk mencegah keretakan, Anda perlu menciptakan suasana mesra.

Suasana mesra akan tercipta dalam rumah tangga jika Anda  menganggap orang lain lebih utama.   Paulus lewat suratnya menasehati jemaat di Filipi yang dia rintis.  Filipi 2 : 1 – 8   
Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Paulus mengingini supaya jemaat di Filipi tetap dalam satu kesatuan yang utuh, hidup dalam kehangatan kasih.  Paulus berkata supaya masing-masing jemaat mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri;  artinya menyingkirkan sifat mementingkan diri sendiri.  Paulus paham benar, bahwa memelihara kepentingan diri sendiri adalah biang masalah dan sumber perpecahan.  Dengan mengutamakan kepentingan orang lain maka keterpaduan akan tercipta.  Kehangatan dan kasih akan mewarnai gereja, paguyuban, rumah tangga dan lain sebagainya. 

Watak dasar manusia adalah keinginan untuk dihargai, diutamakan, dipuji.  Jika Anda ingin keterpaduan, maka harus rela mendahulukan kepentinga orang lain.  Demikian halnya dalam rumah tangga; suami ingin dihargai, istri ingin dikasihi, anak ingin diperhatikan.  Kebutuhan ini adalah manusiawi, dengan adanya kebutuhan ini justru mendorong manusia untuk lebih produktif.  Menyadari bahwa kebutuhan akan hal tersebut adalah manusiawi, maka inilah dasar Anda untuk menyuplai kebutuhan itu bagi pasangan Anda supaya kebutuhan itu terpenuhi.  Biasanya jika kebutuhan sudah terpenuhi, biasanya manusia akan berusaha bagaimana memenuhi kebutuhan orang lain.

Anda bukan orang biasa tetapi orang luar biasa yang terlebih dahulu memenuhi kebutuhan orang lain dari pada kebutuhan diri Anda sendiri. Tuhan Yesus berkata dalam Matius  7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.    

Yesus berbicara kepada Anda supaya Anda  membiasakan diri mendahulukan orang lain. Suasana mesra akan tercipta jika Anda meninggalkan status. Seorang wanita pernah berkata kepada suaminya demikian, ingat ya…pa saya ini berasal dari keluarga terpandang dan papa  tau sendiri. Jadi saya tidak mau diperlakukan seperti ini.  Status Anda sebagai anak orang kayakah, sebagai anak pejabatkah atau status apa pun itu harus ditinggalkan kalau ingin menikmati suasana mesra dalam rumah tangga Anda.  Dengan status yang Anda miliki, sering sekali Anda merendahkan pasangan, dan Anda tidak akan dapat hidup mesra dengan pasangan jika membawa label itu.   Sebagaimana Yesus dalam nats di atas  menjelaskan bahwa  Yesus mengosongkan dirinya (meninggalkan statusnya) sebagai Allah dan mengambil rupa sebagai seorang hamba.  Yesus meninggalkan  segala kemuliaanNya demi mengasihi manusia, supaya Yesus bisa hidup mesra dengan manusia.  Supaya Yesus bisa memberikan dirinya demi kepentingan keselamatan manusia.  Statusnya ditinggalkan di sorga dan menjadi sama dengan manusia mengambil sikap sebagai hamba.  Jika Yesus datang kepada manusia dengan membawa status sebagai Allah, maka tidak akan ada perjumpaan dengan manusia, karena manusia adalah budak dosa.  Yesus mengutamakan manusia, datang ke dunia ini untuk melayani bukan untuk dilayani, demi keselamatan manusia Yesus berkorban taat sampai mati.

Demi suasana mesra dalam rumah tangga Anda, tinggalkanlah status Anda. Jika suatu saat ada konflik dalam rumah tangga, jangan bawa status Anda.  Status Anda sekarang adalah sebagai hamba untuk melayani anak, istri atau suami.  Kalau Anda seorang pejabat di pemerintahan, di rumah tangga Anda sebagai suami atau istri yang melayani.  Peliharalah suasana mesra dalam rumah tangga dengan meninggalkan status Anda.  Hal yang perlu Anda ingat adalah Yesus berhasil membawa damai sejahtera ditengah-tengah dunia ini, karena Yesus rela mengosongkan diri (meninggalkan status) dan menjadi manusia yang melayani.


Kerendahan hati menjadi nyata dilihat  dari sejauh mana anda mengutamakan pasangan anda/orang lain ketimbang diri Anda sendiri.  Sejauh mana Anda meninggalkan status Anda dan mengambil sikap untuk menjadi hamba di rumah tangga Anda.  Dengan kerendahan hati itu Anda akan menciptakan suasana mesra di dalam rumah tangga Anda.  Keselarasan, keterpaduan, kebahagiaan menjadi roh yang hidup dalam rumah tangga Anda.  
- Pdt. Eslo Laudin Manik -
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.