Wednesday, June 11, 2014

Abraham pendidik Ishak




Memiliki anak Tunggal bisa membuat masalah dalam proses pendidikan bagi anak tersebut.  Keadaan itu disebabkan perhatian yang full terhadap satu anak saja.  Orang tua pun sering sekali dikuasai perasaan, emosi dalam memelihara anak-anaknya.  Biasanya ekstra hati-hati, perasaan sayang yang berlebihan ditumpahkan kepada anak tersebut.  Maklum karena hanya punya anak tunggal.  Keadaan ini akan membentuk anak menjadi kolokan alias manja dan tidak  mandiri.  Anak beranjak dewasa dengan memiliki mental yang buruk karena tidak dididik sedemikian rupa.  Orang tua hanya mementingkan dirinya sendiri untuk menyayangi dirinya sendiri lewat menyayangi anak tunggalnya.  Bahaya ini sering sekali menerpa keluarga-keluarga yang memiliki anak tunggal atau semata-wayang.  Lain halnya dengan Abraham yang memiliki anak tunggal Ishak dia adalah pendidik yang handal.

Pembacaan Firman Tuhan terambil  dari  Kitab Kejadian 22:7-10,  berbunyi demikian: 
Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.

Kejadian pasal 22 ini dapat menjelaskan kepada kita secara teologis, bahwa Abraham membiasakan anaknya untuk bersekutu dengan Tuhan.  Ketika Abraham mengajak Ishak ke gunung Moria dalam rangka mempersembahkan anak domba untuk korban bakaran, secara implisit Alkitab menjelaskan Ishak sudah terbiasa dengan seremonial itu, sebagai bukti Ishak ikut mempersiapkan berkenaan dengan acara tersebut.  Ishak memikul kayu dan Abraham memegang api dan pisau.  Dari ayat ini dapat dilihat bahwa Abraham tidak memanjakan anaknya dengan membebaskan beban bagi Ishak.  Bisa saja Ishak tidak dilibatkan dan memberikan tugas itu kepada kedua bujangnya.  Abraham bisa saja menyediakan semua keperluan itu dengan menyuruh pembantu-pembantunya karena dia seorang kaya yang tidak kekurangan  pembantu. Namun,  Abraham tidak melakukan itu, dia membagi tugas  kepada Ishak.   Mengamati peristiwa ini, dapat disimpulkan bahwa Abraham membiasakan diri untuk membagi tugas kepada Ishak sebagai sarana  pendidikan.  Kalau Abraham tidak membiasakan hal yang sedemikian, tentunya pikir Ishak tidak akan bersedia melakukan pekerjaan itu, dan berkata: capek Pak, suruh saja pembantu, atau ayah sajalah yang bawa.  Abraham mengerti pentingnya pendidikan bagi anaknya,  sehingga dia tidak menyerahkan anaknya Ishak ke dalam suatu situasi yang serba mudah dan serba memanjakan. Secara implisit Alkitab menjelaskan  bahwa Ishak sangat bertanggung jawab dalam seremonial tersebut.  Selain memikul kayu,  Ishak juga menyiapkan perapian untuk membakar persembahan itu.  Ishak bertanya kepada Abraham, Bapak, di sini sudah ada api dan kayu dimanakah anak domba untuk korban bakaran itu? Dari pertanyaan Ishak ini, kita dapat menafsirkan bahwa Ishak ambil bagian dan bertanggung jawab untuk acara korban bakaran tersebut. 
Ishak tidak duduk diam, bermain dan membiarkan Abraham bekerja sendiri.  Ishak sudah terdidik dari kecil untuk bertanggung jawab terhadap segala pekerjaannya.  Dapat diinterpretasikan bahwa Ishak sebagai anak tunggal bukanlah anak yang cengengesan ataupun kolokan.  Ishak adalah anak tunggal yang dididik oleh Abraham hidup mandiri dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap segala pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.

Cara Abraham ini mengilhami Anda sebagai keluarga yang mungkin saat ini memiliki anak tunggal atau semata-wayang supaya Anda tidak tenggelam di dalam peninaboboan, pemanjaan, dan selalu memberi kemudahan  kepada anak tunggal Anda.  Jika Anda menyayangi anak Anda, tidaklah tepat kalau Anda membiarkan anak hidup dalam serba ringan dan mudah.  Tetapi memberikan kesempatan kepada Anak anda untuk belajar mengatasi kesulitan hidup, mencari jawaban sendiri di bawah bimbingan Anda itulah yang lebih tepat untuk menyayangi.    Rasa sayang tidak hanya diterjemahkan dengan tidak memberi tugas, pekerjaan, beban kepada anak-anak.  Rasa sayang dapat diterjemahkan dengan memberi tanggung jawab kepada anak-anak sesuai dengan porsinya dalam proses pendidikan.  Anak-anak yang sejak dini terlatih dengan tugas dan tanggung jawab akan menjadikan anak-anak menjadi  dewasa yang memiliki kepribadian yang unggul, anak-anak yang berdedikasi yang memungkinkan mereka dapat menata hidup lebih bijaksana.  Anak-anak akan mampu bekerja, bermasyarakat, dan menjadi berkat bagi masyarakat tanpa kehadiran kita.  Orang tua akan sangat berbahagia dan diberkati jika memiliki anak-anak yang dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri bahkan kepada masyarakat.
Selain tanggung jawab Ishak yang ditampilkan dalam ayat tersebut, juga ditampilkan ketaatan Ishak ketika  Ishak diikat dan diletakkan diatas mezbah.  Saat itu diperkirakan Ishak sudah berusia 17 tahun, dan Abraham sudah cukup tua.  Jika Ishak bukanlah anak yang taat, maka tentunya akan begitu mudah baginya untuk melepaskan ikatannya dan memberontak lalu kabur.  Siapa yang tidak takut mati, siapa yang tidak takut dibakar.  Tetapi ayat ini menjelaskan bahwa Ishak taat dan  sama sekali tidak memberontak. 

Kita lihat bahwa ketaatan Ishak terbentuk dengan pendidikan Abraham tentang Allah.  Ishak sudah mengerti tentang siapa yang disembahnya.  Ishak taat bukan kepada Abraham saja, tetapi kepada Tuhan.  Ishak  rela melakukan yang terbaik dalam kebenaran.  Ishak sungguh percaya kepada Tuhan dan kepada Abraham bahwa ayahnya melakukan apa yang terbaik.  Ketaatan seperti ini akan anda jumpai pada anak-anak Anda, tatkala Anda seperti Abraham mendidik anaknya Ishak di dalam Tuhan.  Roh Allah yang berkuasa di dalam hati Ishak yang membuat dia taat kepada Abraham.  Abraham sebagai ayah tidak mengalami keadaan sulit di masa tuanya karena anaknya Ishak yang dia didik di dalam Tuhan memiliki loyalitas yang tinggi kepada Abraham dan kepada Tuhan.  Abraham memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarganya berkat Abraham mendidik Ishak yang ditaklukkan di dalam kasih karunia Tuhan.

Sebagai orang tua yang bijaksana jadilah seperti Abraham yang tidak mabuk dan takut dengan anak tunggal.  Abraham tetap memberikan didikan kepada anaknya, Ishak, sehingga tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab dan taat kepada Tuhan dan keluarga.


Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

1 comment: