Memiliki anak
Tunggal bisa membuat masalah dalam proses pendidikan bagi anak tersebut. Keadaan itu disebabkan perhatian yang full
terhadap satu anak saja. Orang tua pun
sering sekali dikuasai perasaan, emosi dalam memelihara anak-anaknya. Biasanya ekstra hati-hati, perasaan sayang yang berlebihan ditumpahkan
kepada anak tersebut. Maklum karena
hanya punya anak tunggal. Keadaan ini
akan membentuk anak menjadi kolokan alias manja dan tidak mandiri.
Anak beranjak dewasa dengan memiliki mental yang buruk karena tidak
dididik sedemikian rupa. Orang tua hanya
mementingkan dirinya sendiri untuk menyayangi dirinya sendiri lewat menyayangi
anak tunggalnya. Bahaya ini sering
sekali menerpa keluarga-keluarga yang memiliki anak tunggal atau semata-wayang. Lain halnya dengan Abraham yang memiliki anak tunggal Ishak dia adalah pendidik yang handal.
Pembacaan Firman Tuhan
terambil dari Kitab Kejadian
22:7-10, berbunyi demikian:
Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham,
ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah
ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk
korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak
domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan
bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu
Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya
itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham
mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Kejadian pasal 22 ini dapat menjelaskan kepada kita secara teologis, bahwa Abraham
membiasakan anaknya untuk bersekutu dengan Tuhan. Ketika Abraham mengajak Ishak ke gunung Moria
dalam rangka mempersembahkan anak domba untuk korban bakaran, secara implisit
Alkitab menjelaskan Ishak sudah terbiasa dengan seremonial itu, sebagai bukti
Ishak ikut mempersiapkan berkenaan dengan acara tersebut. Ishak memikul kayu dan Abraham memegang api
dan pisau. Dari ayat ini dapat dilihat
bahwa Abraham tidak memanjakan anaknya dengan membebaskan beban bagi
Ishak. Bisa saja Ishak tidak dilibatkan
dan memberikan tugas itu kepada kedua bujangnya. Abraham bisa saja menyediakan semua keperluan
itu dengan menyuruh pembantu-pembantunya karena dia seorang kaya yang tidak
kekurangan pembantu. Namun, Abraham tidak melakukan itu, dia membagi
tugas kepada Ishak. Mengamati peristiwa ini, dapat disimpulkan
bahwa Abraham membiasakan diri untuk membagi tugas kepada Ishak sebagai sarana pendidikan.
Kalau Abraham tidak membiasakan hal yang sedemikian, tentunya pikir
Ishak tidak akan bersedia melakukan pekerjaan itu, dan berkata: capek Pak,
suruh saja pembantu, atau ayah sajalah yang bawa. Abraham mengerti pentingnya pendidikan bagi
anaknya, sehingga dia tidak menyerahkan
anaknya Ishak ke dalam suatu situasi yang serba mudah dan serba memanjakan.
Secara implisit Alkitab menjelaskan
bahwa Ishak sangat bertanggung jawab dalam seremonial tersebut. Selain memikul kayu, Ishak juga menyiapkan perapian untuk membakar
persembahan itu. Ishak bertanya kepada
Abraham, Bapak, di sini sudah ada api dan kayu dimanakah anak domba untuk
korban bakaran itu? Dari pertanyaan Ishak ini, kita dapat menafsirkan bahwa
Ishak ambil bagian dan bertanggung jawab untuk acara korban bakaran
tersebut.
Ishak tidak duduk
diam, bermain dan membiarkan Abraham bekerja sendiri. Ishak sudah terdidik dari kecil untuk
bertanggung jawab terhadap segala pekerjaannya.
Dapat diinterpretasikan bahwa Ishak sebagai anak tunggal bukanlah anak
yang cengengesan ataupun kolokan. Ishak
adalah anak tunggal yang dididik oleh Abraham hidup mandiri dan memiliki
dedikasi yang tinggi terhadap segala pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.
Cara Abraham ini
mengilhami Anda sebagai keluarga yang mungkin saat ini memiliki anak tunggal
atau semata-wayang supaya Anda tidak tenggelam di dalam peninaboboan,
pemanjaan, dan selalu memberi kemudahan
kepada anak tunggal Anda. Jika
Anda menyayangi anak Anda, tidaklah tepat kalau Anda membiarkan anak hidup
dalam serba ringan dan mudah. Tetapi
memberikan kesempatan kepada Anak anda untuk belajar mengatasi kesulitan hidup,
mencari jawaban sendiri di bawah bimbingan Anda itulah yang lebih tepat untuk
menyayangi. Rasa sayang tidak hanya
diterjemahkan dengan tidak memberi tugas, pekerjaan, beban kepada
anak-anak. Rasa sayang dapat
diterjemahkan dengan memberi tanggung jawab kepada anak-anak sesuai dengan
porsinya dalam proses pendidikan.
Anak-anak yang sejak dini terlatih dengan tugas dan tanggung jawab akan
menjadikan anak-anak menjadi dewasa yang
memiliki kepribadian yang unggul, anak-anak yang berdedikasi yang memungkinkan
mereka dapat menata hidup lebih bijaksana.
Anak-anak akan mampu bekerja, bermasyarakat, dan menjadi berkat bagi
masyarakat tanpa kehadiran kita. Orang
tua akan sangat berbahagia dan diberkati jika memiliki anak-anak yang dapat
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri bahkan kepada masyarakat.
Selain tanggung jawab
Ishak yang ditampilkan dalam ayat tersebut, juga ditampilkan ketaatan Ishak
ketika Ishak diikat dan diletakkan
diatas mezbah. Saat itu diperkirakan Ishak
sudah berusia 17 tahun, dan Abraham sudah cukup tua. Jika Ishak bukanlah anak yang taat, maka
tentunya akan begitu mudah baginya untuk melepaskan ikatannya dan memberontak
lalu kabur. Siapa yang tidak takut mati,
siapa yang tidak takut dibakar. Tetapi
ayat ini menjelaskan bahwa Ishak taat dan
sama sekali tidak memberontak.
Kita lihat bahwa
ketaatan Ishak terbentuk dengan pendidikan Abraham tentang Allah. Ishak sudah mengerti tentang siapa yang
disembahnya. Ishak taat bukan kepada
Abraham saja, tetapi kepada Tuhan. Ishak rela melakukan yang terbaik dalam
kebenaran. Ishak sungguh percaya kepada
Tuhan dan kepada Abraham bahwa ayahnya melakukan apa yang terbaik. Ketaatan seperti ini akan anda jumpai pada
anak-anak Anda, tatkala Anda seperti Abraham mendidik anaknya Ishak di dalam
Tuhan. Roh Allah yang berkuasa di dalam
hati Ishak yang membuat dia taat kepada Abraham. Abraham sebagai ayah tidak mengalami keadaan
sulit di masa tuanya karena anaknya Ishak yang dia didik di dalam Tuhan
memiliki loyalitas yang tinggi kepada Abraham dan kepada Tuhan. Abraham memiliki hubungan yang harmonis dengan
keluarganya berkat Abraham mendidik Ishak yang ditaklukkan di dalam kasih
karunia Tuhan.
Sebagai orang tua yang
bijaksana jadilah seperti Abraham yang tidak mabuk dan takut dengan anak
tunggal. Abraham tetap memberikan
didikan kepada anaknya, Ishak, sehingga tumbuh menjadi anak yang bertanggung
jawab dan taat kepada Tuhan dan keluarga.
sangat memberkati
ReplyDelete