Friday, July 4, 2014

Menjadi Ayah Yang Baik Dan Hangat


Di masa lalu yang namanya ayah itu selalu ditakuti. Ia juga figur yang dianggap sebagai penanggung jawab moral keluarga, yang menurunkan nilai-nilai penting pada anak-anaknya. Untuk itu ayah harus menakutkan! Kalau perlu, ayah tak perlu banyak bicara tapi anak takut.  Keadaan yang demikianlah yang membuat terputusnya komunikasi antara anak dengan ayah. Seorang ayah menjaga wibawanya sedangkan anak takut memberi pendapat, jadi hanya menerima apa saja yang diberikan oleh sang ayah! Kondisi demikian tidaklah memungkinkan untuk seorang ayah dapat menjalin persahabatan dengan anak-anaknya, dan sebaliknya anak-anak pun tidak dapat secara leluasa dan merdeka berpendapat dan bersikap. Oleh karena itu  ia dijauhi atau jauh dari anak-anaknya.  Sebuah kata bijak dari CICERO demikian, Kita tidak dapat mengasihi orang yang kita takuti dan orang yang takut terhadap kita”
Jika keadaannya sudah demikan parah, maka apa jadinya dengan masa depan keluarga. Apa jadinya dengan masa depan anak-anak, apa jadinya dengan relasi antar keluarga, apa jadinya dengan pertumbuhan mental anak-anak? Untuk  menyikapi inilah  maka akhir-akhir ini sejak tahun 1997 ada dorongan gerakan partisipasi laki-laki di dalam keluarga. Banyak ayah muda masa kini di berbagai belahan dunia merasa tidak adil kalau harus jadi sosok yang menakutkan.  "Masakan sosok seorang ayah harus ditakuti oleh anak-anaknya, sehingga ia dijauhi atau jauh dari anak-anaknya?" begitulah pikir mereka. Dari sini timbul kesadaran bahwa ayah masa kini  tidak ingin seperti ayah zaman dulu yang bersifat feodal, tetapi ayah masa kini harus bisa menjadi ayah yang baik dan hangat.
Menjadi ayah yang baik dan hangat haruslah berjuang, harus berani berkorban, harus rela melayani bukan menuntut untuk dilayani.
Pertanyaannya: bagaimana menjadi ayah yang baik dan hangat? Untuk menjadi ayah yang baik dan hangat, Anda harus mengubah sebuah paradigma dalam merawat, memelihara dan mengasuh anak-anak. Paradigma yang sering keliru adalah pandangan bahwa pengasuhan anak dalam keluarga adalah menjadi porsi ibu. Seorang ayah hanya bertanggung-jawab dalam mencari nafkah.  Paradigma yang salah ini harus diubah menjadi pengasuhan anak adalah tanggung jawab bersama orang tua, apakah ayah atau pun ibu, sesuai dengan konteks waktu dan kesempatan.  Jadi tidak ada pemisahan, apakah yang ini cocok untuk pekerjaan ibu dan yang itu cocok untuk pekerjaan ayah.  Dalam rangka pengasuhan, pemeliharaan  dan perawatan, ada hal-hal yang perlu dicermati oleh sang ayah supaya menjadi ayah yang baik dan hangat dalam pandangan anak-anak maupun Keluarga.
Pertama, dari segi waktu, luangkanlah  waktu Anda untuk aktivitas di rumah. Maksudnya, Anda mesti menerima bahwa kehadiran si kecil mengharuskan Anda mengurangi segala kebebasan dan hobi Anda, dan membagi waktu, membagi tenaga dan membagi pikiran  secara bijaksana pada si kecil, dan pada hobi dan tugas luar Anda. 
Kedua, untuk menjadi ayah yang baik dan hangat, Anda perlu menerjang asumsi yang sudah melekat pada masyarakat yang mengatakan: “Anak tidak boleh memegang kepala orang tua, hal itu dianggap kurang ajar, dan pegang kepala orang tua itu bisa kualat. Hal ini harus dibuang jauh-jauh, kemudian kembangkanlah konsep pertemanan di mana ayah tidak selalu memerintah atau pun melarang, tidak banyak tabu dan aturan-aturan yang kaku.
Sebagai orang tua mereka pun juga bisa ditegur atau diajak bermain!  Untuk diajak bermain ini adalah satu hal yang penting dalam membina hubungan yang mesra antara ayah dan anak?
Banyak yang bisa dilakukan, misalnya: dengan bermain bersama, membantu membuat pekerjaan rumah, bermain kuda-kudaan, berenang bersama di kolam renang, yang penting adalah dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas kebersamaan dengan anak di rumah maupun di luar rumah.  Saya variatif dalam membina kebersamaan dengan anak-anak.  Terkadang saya ajak anak-anak buat api unggun kecil-kecilan, terkadang bakar lilin ulang tahun seolah-olah sedang merayakan ulang tahun, dan juga kadang main petak umpet.  Semua yang saya lakukan ini bisa membawa kami dengan perasaan gembira, tertawa bersama dan hubungan kami dengan anak-anak sangat mesra sekali. Hubungan yang mesra antara saya dan anak-anak memungkinkan saya menginjak ke langkah berikutnya untuk menjadi ayah yang baik dan hangat, yaitu  menjalin komunikasi terbuka dengan  anak-anak.  Selain bermain tadi berikanlah  peluang seluas-luasnya bagi anak untuk bercerita dan didengarkan. Jadilah pendengar yang empati penuh perhatian.  Jika anak Anda membagikan masalahnya kepada Anda, haruslah Anda tanggapi dengan serius dan berusaha bersama untuk mencari  solusi.  Perlu Anda perhatikan jangan sekali-kali mengkritik, mempersalahkan dan menyuplai banyak nasehat kepada anak Anda tatkala ia sedang curhat, karena ia tidak membutuhkan itu. Tatkala anak membagikan masalahnya, yang ia butuhkan adalah perhatian Anda, reaksi Anda yang positif, dan dukungan Anda. Nasehat boleh Anda berikan nanti setelah emosional anak Anda mulai reda.  Ia sudah siap menerima nasehat dari Anda dan bersedia melakukannya. Perlu diingat, semakin besar dukungan Anda terhadap anak, semakin tinggi perilaku positif anak.  Itulah manfaatnya menjadi ayah yang hangat...








Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

1 comment: