Monday, June 30, 2014

Monogami bukan Poligami


Berbicara tentang monogami dan poligami tentunya sebagian di antara kita sudah mengerti artinya.  Monogami yaitu sistem yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu istri; sedangkan poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya.  Kalau ada pertanyaan kepada Anda seperti ini, manakah  yang paling anda sukai, monogami atau poligami? Mungkin sebagian di antara Anda menjawab: monogamy, dan sebagian juga diantara anda menjawab: poligami.  Jawaban Anda yang berbeda-beda itu  tentunya punya alasan sendiri bukan? Apakah jawaban itu subjektif atau objektif?  Pembenaran mengenai monogami dan poligami jika ditinjau dari alasan pribadi maka tidak heran kalau kita menemukan perselisihan yang tajam antara pro monogami dan pro poligami. Dialog antara pro monogami  dan pro poligami tidak pernah bertemu pada satu titik persamaan.   Masing-masing akan sepenuhnya membenarkan pandangannya sendiri.  Sesungguhnya  bagaimana pandangan Allah mengenai monogami dan poligami? Inilah sebenarnya yang harus dipertanyakan, bukan bolehkah berpoligami?
Ketika Yesus ditanya oleh orang Farisi: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Apa jawab Yesus? Dia tidak menjawab boleh dan tidak, akan tetapi Yesus mengembalikan pertanyaan itu kepada pemahaman orang Farisi mengenai Firman Allah yang mereka geluti setiap hari.  Demikian juga dengan pertanyaan bolehkah berpoligami? Maka saya pun tidak menjawab boleh atau tidak, akan tetapi saya akan mengajak anda untuk mempelajari kembali  apa kata firman Allah mengenai pertanyaan itu. Kitab Kejadian pasal 1:27-28 berkata,  1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi.”  Pada ayat ini kita menemukan hal yang prinsip mengenai monogami dalam pernikahan. Ayat ini tidak menjelaskan bahwa  Allah  menciptakan satu laki-laki dan banyak perempuan, akan tetapi Allah menciptakan satu laki-laki dan satu perempuan yaitu Adam dan Hawa.  Kemudian ayat 28 menjelaskan Allah mempersatukan dan  memberkati satu laki-laki dan satu perempuan. Apakah anda puas dengan penjelasan ayat ini? Atau masih belum,  atau mungkin dalam hati anda muncul alasan demikian?  Waktu itu kan manusia hanya dua yaitu Adam dan Hawa, sekarang kan beda!  Yah! Wajarlah kalau sekarang manusia berpoligami!  Betul, waktu itu memang manusia hanya Adam dan Hawa, tetapi dari ayat ini kita mendapat penjelasan bahwa rencana dan kehendak Allah bagi manusia adalah monogami. Itulah sebabnya Allah menciptakan satu laki-laki dan satu perempuan. Kalau kehendak Allah seperti kehendak manusia zaman sekarang ini, tentunya Allah menciptakan satu laki-laki dan banyak  perempuan, atau banyak laki-laki dan satu perempuan. Jadi prinsip yang dapat ditarik dari pelajaran di Kitab Kejadian pasal 1 ini adalah: dari sejak semula Allah berkenan dengan sistem monogami bukan poligami!  Artinya, hubungan suami isteri yang Tuhan maksud adalah hubungan antara satu laki-laki dan satu perempuan. Mengenai monogami dan poligami itu sudah menjadi kasus yang tidak dapat dipecahkan hingga saat ini lewat perdebatan/dialog, itulah sebabnya ketika orang Farisi ingin memancing perdebatan dengan Yesus mengenai kasus perceraian, Yesus tidak melayani maksud orang Farisi itu.
Yesus memberi solusi lewat Firman Tuhan yang  orang farisi fahami secara teoritis. Perdebatan mengenai perceraian dan poligami adalah suatu perdebatan yang hangat, suatu perdebatan yang emosional, mengapa? Karena di sana ada kepentingan dan kenikmatan duniawi yang tidak  dapat dipisahkan dari orang-orang yang tidak dapat menahan hawa nafsunya.

Selanjutnya mari kita pelajari Alkitab dari Injil Matius pasal 19:5,6  demikian Firman Tuhan: ”Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."    Ayat ini benar-benar meneguhkan kita bahwa Tuhan menginginkan pernikahan yang sifatnya monogami. Di situ tertulis, "Mereka bukan lagi dua, melainkan satu”.  Bukan tiga jadi satu atau empat jadi satu, seperti dalam poligami. Dalam ayat ini juga dinyatakan bahwa perceraian tidak pernah ada dalam kamus Allah. Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Apakah Anda dapat menerima penjelasan ini?  Atau mungkin Anda mengejar saya lagi dengan pertanyaan? Kalau begitu mengapa Allah mengizinkan Abraham, Yakub bahkan Daud, Salomo berpoligami? Dan  mengapa Musa memberikan surat cerai? Kalau dalam benak Anda bertanya demikian, maka pertanyaan Anda hampir sama dengan pertanyaan: mengapa Allah mengizinkan manusia memakan  pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu? Dari sejak penciptaan, Allah menciptakan manusia dengan kehendak bebas, bebas memilih yang baik dan yang jahat.  Pada prinsipnya Allah memberikan FirmanNya untuk melindungi manusia untuk tidak memilih yang jahat. Dalam kasus perceraian dan poligami, Allah juga sudah memberikan FirmanNya kepada manusia mengenai kehendak Allah yang baik dan yang mulia mengenai monogami,  tetapi dalam sejarah Perjanjian Lama hingga kini ternyata manusia banyak memilih kehendaknya sendiri, bukan kehendak Allah. Manusia menjalankan pikirannya sendiri bukan mengikuti pikiran Allah.  Oleh karena manusia menjalankan dan mengikuti pikirannya sendiri, itulah sebabnya damai sejahtera Allah yang Allah rencanakan kepada manusia terusir dari dalam hidupnya, bahkan manusia sama seperti Adam terusir dari kedamaian dan kenyamanan di Taman Eden karena tidak mengikuti pikiran Allah dengan kehendak bebasnya. Apa pun alasan kita untuk berpoligami, apakah  argumentasi kita masuk akal  atau dapat diterima sekian banyak orang, atau berpoligami sudah diterima dalam suatu masyarakat tertentu dan syah secara hukum, namun itu bukanlah batu ujian yang tepat bahwa itu adalah benar. Suatu batu ujian yang murni adalah sejauh mana Anda dan pasangan Anda dan anggota rumah tangga Anda dan masyarakat menikmati damai sejahtera.   Sejauh mana pasangan Anda secara spontan bersukacita tatkala Anda beritahukan bahwa sebentar lagi Anda akan memperoleh isteri atau suami yang baru?  Sejauh mana anak-anak Anda secara spontan bersukacita, berjingkrak-jingkrak, tatkala mendengar bahwa  papa atau mamanya akan menikah lagi. Atau sejauh mana Anda sendiri bersukacita/damai sejahtera tatkala mendengar pasangan Anda akan menikah lagi?  Kalau memang perasaan itu yang dirasakan oleh setiap orang, maka berpoligami merupakan hal yang baik. Tetapi kalau sebaliknya yang terjadi, maka berpoligami merupakan hal yang tidak baik. Segala sesuatu diuji oleh hati nurani bukan berdasarkan teori-teori agama yang sudah disalah tafsirkan. Allah berbicara juga melalui hati nurani. Kalau Anda tergoda untuk berpoligami, mari pelajari Firman Allah! Dan dengarkanlah hati nurani Anda jangan rasio Anda, maka Anda akan dapat mengambil sikap yang obyektif dan tentunya akan menyelamatkan Anda dan keluarga! Sekali lagi Allah menghendaki monogami bukan poligami.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment