Thursday, November 14, 2013

"KEKERASAN AGAMA"




Kisah Para Rasul 9:1,3 
Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.

Masa kini juga banyak orang terjebak kepada iman agama, sehingga tindakan di warnai aturan-aturan kaku yg bisa juga salah tafsir, seperti yang dilakukan oleh Saulus.  Pikirannya untuk menegakkan agama Yahudi lalu merasa tidak bersalah karena menjaga kekudusan allah agamanya.
Sahabat, dikalangan orang Kristen juga bisa terjebak pemahaman seperti Saulus ini mungkin tidak sama persis.  Kalau ibadah harus kaku sesuai aturan agama Yahudi, bukan apa kata Alkitab.Harus khusuk, tidak boleh melenyimpang bisa batal, gak boleh batuk, menguap, berbisik, tertawa atau garuk sana sini, (lebih baik di tahan rasa gatal/risih dari pada berusaha menggaruknya).  Dalam ibadah pagi (gereja atau keluarga) ada yg berprinsip harus teduh dan tenang dalam sikap penyembahan.  Kalau melanggar aturan yang  ada maka ada  juga pemimpin ibadah/pendeta/majelis/ kepala keluarga yg marah, karena anggapan merusak/tidak menghormati hadirat Tuhan. Ada juga seorang Pendeta yang terkenal saat ini berani langsung menegur dari Mimbar kalau ada anak-anak wira wiri di gereja atau jemaat yang sedang batuk-batuk.  Itulah berbagai bentuk kecil dari KEKERASAN AGAMA yg tidak disadari terimplemetasi dalam bergeraja.
YESUS tidaklah mengajarkan kekerasan agama, ketika Saulus sedang melakukan kekerasan Agama pada waktu itu di jalan menuju Damsyik Yesus memanggil Saulus dan berkata lembut; "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"


Perhatikan sahabat bagaimana Yesus memperlakukan Saulus, mengajar dan merangkul Saulus dengan cara mengutus Ananias untuk berdoa bagi Saulus supaya Saulus dapat melihat kembali.  Menghormati Allah itu bukan lahir dari luar tapi dari dalam hati.  Jika hati kita sudah berjumpa dengan Yesus kita dapat menghormati dan menyembah Allah.  Contohnya Paulus yg setelah berjumpa dengan Yesus aturan keagamaan bukan lagi sebagai dasar untuk bertindak dan mengajar.  Demikian juga kita, bila Kristus telah berdiam dalam diri kita, maka tidak mungkin lagi hidup kita diwarnai kekerasan agama dengan aturan-aturan kaku.  Kehadiran Allah tidak selalu diwarnai dengan ibadah yang khusuk tetapi perlu juga kekhusukan yg tidak dipolitisir, tetapi hadir dari kecintaan akan Tuhan.  Tidak pula ada larangan menguap, garuk sanan dan situ atau tertawa, namun ketidak adanya larangan itu bukan serta merta setiap saat teduh kita melakukan itu, kecuali insidentil.

Sahabat, mari mencintai Yesus/Firmannya supaya kita terlepas dari aturan agama/aturan tambahan yang bukan berasal dari Firman tetapi ajaran/sisipan manusia yang disengaja disalahtafsirkan demi kepentingan pribadi yang memimpin.  
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment