Dalam kehidupan rumah tangga, kita sadar
betul bahwa tidak ada rumah tangga yang sepanjang hari selalu damai dan
tentram. Sebetulnya kehidupan
berkeluarga ditandai oleh suasana ribut mau pun suasana damai. Biar bagaimana pun rukunnya keluarga,
bukankah dalam kenyataannya terjadi juga keributan? Mana ada suami dan istri, adik dan kakak yang
tidak bernah bertengkar! Atau anak dan orang tua yang tidak pernah bertikai. Realistisnya kerukunan dan keributan
merupakan warna perjalanan hidup dalam rumah tangga. Mengapa dalam rumah tangga
yang saling mencintai sekali pun dapat terjadi keributan? Penyebabnya
tentu berbeda-beda. Ada karena
miskomunikasi, salah mengerti, salah persepsi, salah bicara dan masih banyak
penyebab lainnya karena manusia memang tidak sempurna. Keributan rentan terjadi di dalam satu
keluarga atau dalam satu komunitas yang saling bersosialisasi. Hidup rukun
adalah merupakan dambaan dari setiap orang. Pertanyaannya bagaimana menciptakan suasana
mesra atau rukun dalam rumah tangga?
Untuk menciptakan suasana mesra dalam
rumah tangga kita perlu menyadari
arti sebuah pengampunan. Matius 18 : 21–22. “Kemudian datanglah Petrus dan berkata
kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku
jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata
kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Pertanyaan Petrus ini dilatarbelakangi
dari ayat sebelumnya yaitu Matius 18:15–20
berbicara tentang menasihati sesama.
Pada pasal ini Tuhan Yesus mengindikasikan bahwa dalam gereja itu pasti ada cacat cela, konflik dan
perbedaan. Bagi yang dewasa dan yang berwawasan luas sebaiknya memberikan
nasihat dan jika mereka menerima nasihat itu dan berubah, layak untuk diterima
kembali dan diampuni. Setelah penguraian
Yesus, maka serta merta Petrus
melayangkan pertanyaan pada ayat 21 tadi. Di sini dapat dilihat bahwa Petrus sangat menyadari
arti sebuah pengampunan, karena dalam gereja hampir sama keadaannya dalam rumah
tangga. Tidak ada anggota yang
keseluruhannya tidak ada masalah, pertentangan, pertikaian dan
pertengkaran. Menyadari itulah sehingga Petrus bertanya lebih jelas lagi
kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana mengampuni.
Untuk membangun rumah tangga yang mesra Anda
harus menyadari arti sebuah pengampunan. Karena dalam rumah tangga yang saling
bersentuhan rentan konflik, pertengkaran, dan pertikaian. Dengan menyadari arti sebuah pengampunan ini
akan mempersiapkan Anda untuk melihat atau mengerti sisi dari sebuah konflik
dan Anda sudah siap dengan sejuta pengampunan.
Jika dalam suatu rumah tangga terjadi pertengkaran, maka dengan menyadari
arti sebuah pengampunan ini merupakan cara untuk dapat memahami sebuah konflik
yang nantinya akan bermuara kepada
pengampunan. Jika semua konflik dan
pertengkaran rumah tangga sudah bermuara kepada pengampunan maka kondisi rumah
tangga itu tercipta suasana mesra.
Pengampunan yang tidak
terbatas merupakan cara menghadirkan suasana mesra dalam rumah tangga. Pertanyaan Petrus tentang mengampuni di jawab
oleh Yesus di dalam ayat 22 yang memberi arti bahwa pengampunan itu tidak
terbatas. Jawaban Yesus ini kita sambut
dengan ya dan amin. Logika dan alami, kebenaran jawaban ini menjawab semua
masalah dalam dunia ini. Mengapa bisa dikatakan
demikian? Karena jika pengampunan
terbatas maka setiap detik manusia dalam
dunia ini akan diwarnai pertengkaran, pertikaian, perselisihan,
peperangan, pembunuhnan atau pertumpahan darah.
Tidak akan ada waktu untuk menikmati hidup selain penghancuran dan
pembinasaan, dikarenakan tendensi
manusia untuk melakukan kesalahan demi kesalahan sepanjang hidupnya.
Pengampunan yang tidak terbatas adalah penawar dari semua kesalahan-kesalahan
manusia yang pasti akan bersosialisasi satu sama lain. Jika ditilik dari rumah tangga maka di sana
pun tendensi untuk membuat kesalahan itu cukup rentan. Jika suami mengampuni kesalahan istrinya
cukup hanya 3 kali saja, maka istri pun akan mengampuni suami atau anak hanya 3
kali saja. Setelah lewat 3 kali maka
tidak ada lagi pengampunan, berarti terjadilah kehancuran rumah tangga. Di sana tidak akan bersemayam kemesraan.
Ampunilah baik suami, istri mau pun
anak-anak dengan tanpa batas. Itulah kebenaran yang sebenar-benarnya dan itu
pulalah yang akan menciptakan suasana mesra dalam rumah tangga Anda.
Mungkin Anda sudah berkali-kali mengampunia suami atau istri Anda, dan Anda
sekarang berkata; cukuplah saya
mengampuninya karena saya manusia terbatas, saya bukan malaikat dan dengan
berbagai alasan lainnya. Sebetulnya
alasan itu adalah alasan emosional dan jika Anda bersikukuh dengan alasan itu,
kira-kira apa yang Anda dapatkan dari sikap itu. Seyogyanya Anda menampuni keluarga dengan
tidak terbatas, dengan penuh kualitas dalam arti tidak lagi mengingat-ingat apa
yang diperbuatnya kepada Anda. Pasti Anda
akan dapat menyelesaikan konflik, pertengkaran dan pertikaian yang ada secepat
mungkin dengan bermuara kepada kemesraan keluarga Anda sendiri. Lakukannlah tanpa menimbang-nimbang karena
itu perintah Tuhan Yesus Kristus kepada kita umat percaya untuk saling
mengampuni sesama.
Dengan menyadari arti sebuah pengampunan,
serta kerelaan memberi pemgampunan tanpa batas dan penuh kualitas, maka
keributan, pertengkaran, pertikaian rumah tangga dapat segera diatasi hari
lepas hari. Seiring dengan teratasinya
konflik maka pada saat itu pulalah suasana mesra tercipta di tengah-tengah
rumah tangga Anda.
No comments:
Post a Comment