Istri merupakan pilar
rumah tangga. Jika ia lemah maka rubuhlah rumah tangga itu, jika ia kuat maka
berdiri teguhlah rumah tangga itu. Sebagai
pilar berarti posisinya dapat mengukuhkan dan dapat menghancurkan keluarga.
Tidak sedikit dijumpai bahwa istri sebagai penghancur rumah tangganya. Secara sadar mau pun tidak sadar mereka
merusak keluarganya dengan cara
keranjingan kegiatan di uar rumah, seperti: arisan, fitness, yoga,
karaoke, latihan tari, Dharma Wanita, dlsb.
Kegiatan di luar menjadi alasan bagi istri untuk tidak mengurus rumah
tangganya. Melihat contoh kondisi ini,
berarti peran istri dapat menciptakan
kemesraan dalam keluarga, jika istri memposisikan dirinya sebagaimana seharusnya.
Kitab Amsal pasal 31:10–31 dapat mendasari
pembicaraan ini, namun cukuplah jika dibaca dari ayat yang ke 10 sampai 14
saja.
Isteri yang cakap siapakah akan
mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.Hati suaminya percaya
kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.Ia berbuat baik kepada
suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.Ia mencari bulu domba dan
rami, dan senang bekerja dengan tangannya.
Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh
ia mendatangkan makanannya.Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan
makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada
pelayan-pelayannya perempuan.
Seorang istri yang
memberikan diri kepada keluarga dapat menciptakan suasana mesra dalam
keluarga. Dalam kitab Amsal pasal 31 menjelaskan secara
terperinci bagaimana istri yang memberikan diri kepada keluarganya. Pada ayat
13-15 istri dikatakan senang bekerja atau disederhanakan dengan
kalimat, senang melayani keluarganya.
Istri yang senang melayani keluarganya, mengundang kepercayaan dari
suami. Mengapa? Karena pekerjaan di
dalam rumah tangga itu pasti telaksana sebagaimana mestinya. Istri yang senang
melayani akan memperhatikan secara detail kebutuhan keluarganya, seperti
kebutuhan suami, kebutuhan anak-anak bahkan kebutuhan pembantunya. Itulah sebabnya ayat 15 membeberkan mengenai
istri yang cakap dan yang memberi diri kepada keluarganya, bangun lebih awal
dan menyediakan makanan bagi keluarganya serta mengelola seluruh pekerjaan di
seputar rumahtangganya.
Sungguh besar peran
istri untuk menciptakan suasana mesra dalam keluarga. Istri mengepalai seluruh
proyek yang ada dalam rumah tangga itu dan mempertanggung-jawabkannya kepada
suami sebagai kepala. Memang ada
keluarga dimana istri tidak langsung menangani sendiri pekerjaan yang berkenaan
dengan dapur, tetapi tehnis dan tanggung jawabnya tetap
berada pada istri. Sedangkan anak, famili atau pembantu adalah pelaksana dari
tugas yang dimandatkan oleh istri. Istri
harus merancang/merencanakan setiap hari kesejahteraan dalam rumah tangganya. Semua ini dapat dilaksanakan jika istri
senang melayani. Permasalahan yang
sering terjadi sehingga kemesraan terusik dalam keluarga adalah istri
memberikan semua tanggung jawab kepada pembantu atau famili yang menumpang di
rumah tersebut. Bahkan tugas mendidik
anak, mengajar, memberi makan, mengganti popok diserahkan kepada pembantu. Jika
kondisinya demikian rumah tangga akan ambruk karena peran istri yang buruk atau
malas.
Istri yang berperan
sebagaimana mestinya akan memberikan kesejahteraaan kepada seisi rumahnya. Dia senang bekerja, tidak malas-malasan,
tidak suka ngerumpi dan perhatiannya dipusatkan kepada keutuhan
keluarganyanya. Oleh karena itulah Amsal
mengatakan bahwa istri yang cakap lebih berharga dari permata.
Mengapa istri dibandingkan dengan permata? Karena tidak seorang pun yang tidak
suka dengan permata. Permata memiliki nilai tinggi dan penulis amsal
membandingkan istri yang cakap lebih dari yang terbaik dari segala materi.
Apakah Anda seorang
istri yang cakap? Bila Anda seorang istri yang cakap, hal itu dapat dibuktikan
sejauh mana Anda memperhatikan seluruh
kebutuhan keluarga. Sejauh mana Anda mendorong suami dalam pekerjaannya, sejauh
mana Anda mendidik anak-anak, dan sejauh mana Anda memelihara hubungan dengan
orang tua maupun mertua Anda, karena itu berkaitan dengan keluarga Anda. Saya percaya bahwa sebagai seorang istri yang
memberi diri kepada keluarganya, Anda dapat menciptakan kemesraan dalam keluarga
Anda, dan disebut sebagai istri yang berbahagia yang selalu dirindukan oleh seisi
rumahnya.
Istri yang memberi
diri kepada keluarganya juga bercirikan ayat 12
bahwa istri menghormati suaminya. Istri
yang tidak hormat kepada suaminya identik dengan berbuat jahat. Istri yang berbuat jahat kepada suaminya
perlakuannya selalu meremehkan
pekerjaan/penghasilannya, membicarakan kelemahan suami kepada anak-anak bahkan
kepada orang lain, serta menghianatinya.
Seorang istri yang menghormati suaminya, akan menerima segala
kelemahannya dan dia melengkapi
kekurangan suaminya dengan kelebihannya
yang ada padanya. Istri akan selalu
menjaga wibawa sang suami di depan anak-anaknya terlebih di depan orang
lain. Istri akan menghargai pekerjaan
dan penghasilan suaminya sebesar atau sekecil apa pun itu. Istri dapat mengatur penghasilan suami secara
bijak demi keluarganya.
Jika sebagai istri Anda
dapat menerima segala kelemahan suami, dapat menerima penghasilan suami, dapat
menghargai suami di depan anak-anak serta menjaga kerahasiaaan keluarga kepada
orang lain, maka Anda disebut istri yang
memberi diri kepada keluarga Anda, serta akan menikmati suasana mesra dalam
keluarga Anda. Istri yang takut akan Tuhan dapat menciptakan suasana mesra di dalam
rumah tangganya.
No comments:
Post a Comment