Biasanya, konflik timbul karena keegoisan. Surat
Yakobus 4: 1,2 berbunyi demikian:
“Dari manakah datangnya sengketa dan
pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling
berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak
memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai
tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh
apa-apa, karena kamu tidak berdoa.”
Firman Tuhan
menjelaskan kepada kita, bahwa konflik atau sengketa dan pertengkaran timbul
dari hawa nafsu/keegoisan. Konflik dalam
rumah tangga terjadi karena masing-masing pasangan ingin memuaskan nafsunya
atau memenuhi ego nya saja tanpa memikirkan yang lain. Bukankah konflik yang terjadi antara Kain dan
Habil, Esau dan Yakub, Amnon dan Absalom terjadi karena masing-masing ingin
memuaskan egonya? Sebagai contoh lagi
yaitu Abraham konflik dengan Sarai juga karena ego, Alkitab mencatat demikian,
Ketika kelaparan timbul di negeri itu,
pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat
kelaparan di negeri itu. Pada waktu ia akan masuk ke Mesir, berkatalah ia
kepada Sarai, isterinya: "Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang
perempuan yang cantik parasnya. Apabila
orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka
akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. Katakanlah,
bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau,
dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau."Sesudah Abram masuk ke Mesir,
orang Mesir itu melihat, bahwa perempuan itu sangat cantik, dan ketika
punggawa-punggawa Firaun melihat Sarai, mereka memuji-mujinya di hadapan
Firaun, sehingga perempuan itu dibawa ke istananya. Firaun menyambut Abram
dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat
kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan,
keledai betina dan unta.
Bisa kita interpretasikan
bahwa Abraham dan Sarai mengalami konflik yang sangat besar, demi kepentingan
Abraham. Mana mungkin Sarai mau menerima
begitu saja saran dari Abraham supaya dia diperistri oleh Firaun. Pasti terjadi konflik di sana, dan oleh
perlindungan Tuhan maka Sarai tidak jadi diperistri oleh Firaun. Abaraham konflik lagi dengan Firaun yang
bermuara kepada pengusiran Abraham dari Mesir.
Keegoisan selalu
menciptakan konflik baik itu di masyarakat mau pun di tengah-tengah
keluarga. Selama keegoisan itu
bersemayam pada masing-masing anggota keluarga, maka tidak akan terjadi
kemesraan dalam rumah tangga
Anda. Nasehat Firman Tuhan
dalam
Filipi 2:4 menyatakan,
“dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”
Kemesraan timbul seiring berakhirnya sifat egois. Sifat egois berakhir
ditandai dengan kerelaan meminta pertolongan kepada Tuhan, mengaku salah, dan
sedia membicarakan konflik secara langsung.
Surat Yakobus tadi menjelaskan bahwa konflik terjadi karena tidak berdoa. Ketidak-relaan dalam berdoa sekaligus tidak
rela mengaku salah dan membicarakannya.
Jadi berdoa adalah langkah utama dalam mengakhiri sifat egois dalam diri
sendiri.
Setelah beres dengan
Tuhan, kemudian Tuhan akan memberikan kerendahan hati kepada Anda untuk mengaku
bahwa konflik terjadi juga karena peran kita.
Setelah pengakuan itu maka dimungkinkan bagi anda untuk membicarakan konflik
itu dengan kepala dingin. Hati Anda dan
pasangan Anda akan dicairkan oleh Tuhan, ketika Anda rela datang kepadanya dan
menyerahkan masalah Anda untuk diselesaikan, dan Tuhan memberikan kekuatan kepada Anda untuk mengaku salah dan berani membicarakan
konflik itu dengan pasangan Anda. Tuhan
sebagai penolong, namun penyelesaian konflik tersebut diserahkan kepada Anda. Nah jika Anda sudah berdoa maka Anda harus
bertindak untuk mengevaluasi diri, sejauh mana peran Anda dalam konflik itu
yang perlu diakui kepada pasangan Anda. Kemudian
Anda memulai untuk membicarakan konflik itu kepada pasangan anda dengan cara: Anda
mengerti dan menjadikan diri Anda wadah/siap mendengar ketimbang bicara duluan.
Bagaimana Anda dapat mengerti seseorang? Memang tidak mudah, karena kita
cenderung untuk terlalu cepat ingin menjelaskan maksud kita dan membela diri
kita. Tapi kita harus belajar untuk lebih dulu mengerti sebelum dimengerti oleh
orang lain.
Surat Yakobus 1:19,20 menyatakan, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang
hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga
lambat untuk marah sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan
Allah.”
Esau dan Yakub
berhasil mengatasi konflik mereka dengan pertolongan Tuhan, juga melalui
kesediaan Yakub untuk bertemu dan mendengar Esau. Yakub merendahkan diri dan siap membicarakan
konflik mereka dengan Esau, akhirnya yang terjadi adalah kemesraan yang bersemayam
di antara mereka. Konflik berakhir
karena egois telah disingkirkan dari hidup mereka. Demikian juga Abraham menikmati kemesraan
sampai akhir hayatnya bersama Sarai
istrinya ketika mereka berhasil melenyapkan keegoisan mereka, dan konflik
pun menjauh dari hidup mereka.
Konflik dan kemesraan
sering hadir bergandengan, kedua sifat ini kontradiktif tetapi realitanya dia
selalu hadir dalam rumah tangga, gereja, dan masyarakat. Perlu bagi kita memiliki suatu ketrampilan bagaimana
mengatasi konflik supaya kemesraan bebas bersemayam di tengah-tengah keluarga
kita. Jadikanlah konflik sebagai wadah
mengundang kemesraan dalam rumah tangga Anda.
No comments:
Post a Comment