Dengan tidak menutup mata, kita sering
memperhatikan keluarga yang tercerai berai, pernikahan yang mendingin, kebekuan
dalam rumah tangga. Mengapa hal ini
banyak terjadi dalam keluarga.
Penyebabnya salah satu adalah kritikan, intimidasi dan
mempersalahkan dalam rumah tangga. Jika kritikan yang menghiasi rumah tangga
setiap hari, maka dipastikan kebekuan akan tercipta di tengah-tengah rumah
tangga. Apabila kebekuan sudah terjadi,
masing-masing anggota keluarga akan mencari kehangatan di luar rumah. Suami akan mencari-cari kesibukan di kantor,
istri akan keranjingan arisan, anak akan banyak kegiatan di luar rumah. Suasana demikian adalah keretakan rumah
tangga secara defakto. Keretakan puncak
adalah secara dejure yang akan dilangsungkan di Pengadilan.
Pujian dapat
mencairkan kebekuan rumah tangga. Memang
pujian kelihatannya perbuatan sepele tetapi memberikan makna yang hebat di
dalam hubungan. Orang yang sukses
biasanya pandai memberikan pujian; politikus, pembicara, pengusaha sering
mengeluarkan kata-kata pujian. Kalau
orang hebat sering menggunakan kata pujian untuk menghangatkan hubungan mengapa
tidak digunakan dalam rumah tangga Anda?
Pujian dapat menciptakan suasana mesra dalam rumah tangga Anda. Pertanyaannya
bagaimana menyajikan pujian yang
bijaksana?
Untuk menciptakan suasana mesra dalam
keluarga Anda, diperlukan ketrampilan memberikan pujian. Dalam Alkitab Kidung Agung kita dapat belajar
bagaimana keindahan dan suasana mesra menguasai hati mempela laki-laki dan
mempelai perempuan. Kidung Agung pasal 4 : 1–4 demikian,
“Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau!
Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing
yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead. Gigimu bagaikan kawanan domba
yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar
semuanya, yang tak beranak tak ada. Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan
elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu.
Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai
tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya. Seperti dua anak rusa buah
dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah
bunga bakung.”
Perhatikan bagaimana ketrampilan Salomo
dalam menyajikan pujian kepada istri pertamanya. Salomo mengungkapkan
kekagumannya yaitu berupa kecantikan fisik dan kepribadian sang istri. Kepribadiannya di puji dengan berkata, bagaikan
merpati matamu di balik telekungmu.
Dalam budaya dunia Timur kuno, merpati adalah lambang ketenangan
dan kedamaian. Jadi kata ini, menunjukkan
bahwa sang mempelai perempuan adalah seorang pribadi yang tenang, dan
pendamai. Salomo trampil dalam
menyajikan pujian, dia tidak hanya memuji kecantikannya, tetapi memuji
kepribadiannya juga.
Apabila ketrampilan Salomo ini menjadi
ketrampilan pasangan Anda, pastilah
suasana rumah tangga Anda akan terasa hangat dan bergairah. Suasana cinta mula-mula bersemi kembali, yang
mengusir kesepian, dingin, kegersangan,
kebencian dan perasaan-perasaan negatif lainnya.
Pertanyaannya sekarang, apakah di usia pernikahan Anda saat ini masih ada kata pujian pada pasangan
Anda? Atau pujian itu sudah sepi dan
nyaris tidak pernah kedengaran lagi, atau mungkin sudah dialamatkan kepada
orang lain. Kalau pujian sudah menjadi
sepi dan pindah alamat, berhati-hatilah karena bahaya kebekuan sedang mengancam
rumah tangga Anda. Sadarilah itu dan
perbaikilah sebelum kebekuan itu menggunung.
Biasakanlah memberikan pujian di dalam hidup Anda terutama
keluarga, karena pujian akan menciptakan
suasana mesra dalam rumah tangga Anda.
Dalam memberikan pujian perhatikan kebenaran
isi pujian dan ketulusan Anda.
Salomo dalam nats Alkitab tadi berkata, “Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang
bergelombang turun dari pegunungan Gilead.” Di Palestina, kambing biasanya berwarna hitam
dan sekawanan kambing digiring turun dari gunung pada saat matahari terbenam. Maksudnya adalah bahwa rambut mempelai
perempuan itu berwarna hitam tebal bergelombang dan mempunyai kualitas yang
tiada duanya memiliki daya pesona.
Perhatikan, Salomo menyajikan pujian kepada mempelai perempuannya di
dasarkan pada kenyataannya serta tulus.
Pujian di sajikan tanpa melupakan satupun keindahan-keindahan yang
dilihat Salomo dari mempelai perempuannya.
Semuanya diungkapkannya secara nyata dan
jujur. Sehingga suasana di antara
kedua mempelai ini semakin mesra dan bergairah.
Pada pasal dan ayat selanjutnya mempelai perempuan kembali memuji mempelai
laki-laki.
Sebagaimana nats Alkitab ini berbicara
kepada Anda, bahwa jika Anda menyajikan
pujian kepada pasangan Anda pujilah dengan benar dan tulus, jangan mengada ada
atau mengarang. Sebagai contoh: Istriku masakannya enak sekali, padahal Anda
makan sedikit karena tidak enak. Anda
hanya ingin menyenangkan hati istri, tetapi tidak jujur. Nah pujian seperti ini manipulatif dan tidak
dibutuhkan pasangan Anda. Kemudian jangan memberikan pujian kepada pasangan Anda
jika ada udang dibalik batu. Pujian yang
isinya tidak sesuai dengan kenyataan
cepat atau lambat baunya segera tercium.
Jika Anda memberikan pujian yang benar dan tulus Anda pun akan menerima
pujian yang tulus. Rumah tangga Anda
akan dihiasi dengan gairah emosi yang positif, kehangatan dan kemesraan tumbuh
subur yang membuat keluarga Anda berbahagia. Mulailah dan lakukanlah sekarang
dan jangan saling menunggu.
Memang, memberikan pujian adalah salah
satu resep untuk menciptakan suasana mesra di dalam rumah tangga Anda. Perlu diperhatikan memberikan pujian juga diperlukan ketrampilan,
dan kebenaran isi pujian harus sesuai dengan kenyataan serta ketulusan Anda.
No comments:
Post a Comment