Tuesday, June 24, 2014

Mengkritik Kesalahan Anak


Ada satu cerita tentang orang tua yang selalu mengkritik kesalahan anaknya.  Seorang anak bernama  Andi, berusia delapan tahun, ia disuruh ibunya membuat surat terimakasih kepada neneknya.  Setelah selesai, Ibunya meminta agar diperlihatkan kepadanya surat itu.  Dengan enggan Andi menyodorkan surat itu kepada ibunya. Wow, Andi, betapa jelek tulisanmu. Mengapa kamu tidak bisa menulis dengan lurus? Ada tiga kata yang salah tulis. Ini dia.  Perbaiki.  Kamu tidak bisa mengirim surat yang penuh kesalahan seperti ini kepada nenekmu.  Kemudian Ibunya membetulkan kata yang salah tulis tadi dan Andi mulai menulisnya lagi.  Namun Andi tetap saja membuat lebih banyak lagi kesalahan, membuang lembar demi lembar surat karena salah, sampai akhirnya Andi menangis dan membanting fulpennya ke lantai. Kemudian berkata: Saya tidak bisa membetulkannya, Bu!  Kemudian ibunya menimpali, masa nulis saja tidak becus ayoh nanti kamu perbaki lagi ya?  Kemudian pada hari-hari yang lain juga  Andi sedang belajar bagaimana mencuci gelasnya sendiri, ia ambil sabun dan mencoba mencuci gelasnya.  Pada waktu Andi mengangkat gelas dan menaruh buih sabun, kemudian gelas dari tangan Andi terjatuh ke lantai lalu pecah berkeping-keping.  Dari ruang tamu Ibu Andi mendengar lalu beranjak menghampiri Andi ke dapur.  Ibu Andi tersentak melihat pecahan beling gelas.  Ibu Andi berkata, Andi, bagaimana sih sampai memecahkan gelas itu, coba lihat karena ulahmu beling gelas itu berhamburan. Lain kali kalau nyuci gelas jangan dibanting  ya? Sana ke ruang tamu, biar ibu beresin pecahan beling itu.

Penekanan kita pada kesalahan anak sangat membahayakan.  Saya pikir, kesalahan Andi bisa membuat neneknya senang, karena ditulis dengan kepolosan dan keterbatasan seorang anak kecil.  Dan bagi Andi menulis surat demikian merupakan kesenangan sendiri karena ia bebas dan percaya diri berkreasi.  Tetapi tatkala ibunya menunjukkan kesalahannya, si ibu mengalihkan perhatiannya dari yang positif ke hal yang negatif.  Andi menjadi takut membuat kesalahan. Ketakutan itu menguasai diri Andi sehingga  malah membuatnya semakin banyak melakukan kesalahan.  Akhirnya Andi menjadi putus asa lalu menangis.  Andi tidak bergairah, dan merasa tidak dihargai sama sekali.  Peristiwa mencuci gelas tadi juga pasti membuat Andi tidak bergairah dalam berkreativitas.  Andi bermaksud mencuci gelas, ibunya menuduhnya membanting gelas. Apalah arti sebuah gelas, ketimbang kreativitas anak terbunuh.  

Jika anda fokus pada kesalahan anak, mencecar dengan kritikan maka itulah awal bencana bagi anak-anak Anda.

Allah tidak fokus kepada kesalahan manusia, Allah tidak berusaha membredel kesalahan-kesalahan manusia, tetapi Allah  fokus kepada perubahan, perbaikan atau pertobatan manusia.  Ketika Adam melakukan kesalahan di Taman Firdaus,  Allah datang mencarinya kemudian mencari tahu mengapa mereka takut?  Setelah Allah mendapatkan penjelasan dari Adam dan Hawa bahwa mereka melakukan kesalahan, apa yang diperbuat Allah? TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.  Dari firman Tuhan ini, kita dapat membuktikan bahwa Allah fokus kepada perbaikan, pertobatan, bukan pada kesalahan.  Dalam Perjanjian Baru, Yesus pun tidak mengkritik kesalahan anak-anaknya.  Yesus fokus kepada perbaikan dan pertobatan.
Ketika  ahli-ahli Taurat  membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah, dan menempatkan perempuan itu di tengah-tengah untuk dihakimi, apa pendapat Yesus? Apakah Yesus fokus kepada kesalahan perempuan tersebut?  Ternyata tidak.  Yohanes 8:10-11 berkata,   "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Seandainya Allah fokus kepada kesalahan manusia, maka Allah akan banyak menjumpai manusia yang tidak bergairah dan yang putus asa. Dan  tidak seorang pun manusia yang dapat hidup dalam perbaikan dan kebenaran.  Demikian halnya dengan Anda sebagai orang tua.  Kalau Anda fokus kepada kesalahan anak-anak Anda, dipastikan  anak-anak Anda tidak akan bertumbuh dalam pengetahuan, kebajikan dan kebenaran, melainkan mereka akan menjadi orang yang  mudah frustrasi. Mengapa? Karena  anak mendapat kesan bahwa jika ia tidak melakukan sesuatu secara sempurna ia tidak punya nilai apa-apa.

Semua kita membuat kesalahan, dan dari kesalahan demi kesalahan kita menyempurnakan diri. Sebab itu janganlah selalu mengkritik kesalahan anak-anak Anda, tetapi biarkanlah ia belajar dari kesalahan itu untuk memperbaiki diri.  Mari kita berdoa, Tuhan, ajarlah kami untuk membangun kepribadian anak-anak kami.  Tolong kami supaya tidak fokus kepada kesalahan anak-anak kami, supaya kami tidak menuntut kesempurnaan anak-anak kami. Biarlah  kami lebih focus kepada perbaikan  dan pertumbuhan anak-anak kami. Terima kasih, dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.







Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment