Thursday, June 5, 2014

Mendidik Anak Lewat Teguran


Harmonisasi dalam keluarga dapat  terjalin jika orang tua memperhatikan pendidikan bagi anak-anak.  Menerapkan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga tidaklah harus secara formal seperti yang diselenggarakan di sekolah.  Mendidik anak-anak dalam rumah tangga bisa dilakukan secara nonformal seperti  ketika bermain, ketika makan bersama, ketika hendak tidur, ketika anak melakukan pelanggaran dan lain sebagainya. Ketidak-harmonisan dalam rumah tangga bisa juga disebabkan karena anak-anak yang kurang menerima didikan dari orang tua.  Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan, persahabatan, hobby, bahkan pelayanan dalam gereja.  sehingga orang tua melalaikan pendidikan bagi anak-anaknya.  Tidak heran kalau banyak perilaku anak-anak mengkhawatirkan para orang tua. Untuk mengantisipasi kerusakan mental, sejak dini orang tua  memberikan didikan bagi anak-anak sesuai dengan porsinya. 

Dasar  perenungan ini diambil dari Kitab Amsal 6:23; 25:12  Firman Tuhan berkata,    “Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan.”  Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar.

Penulis Amsal ini menekankan bahwa  teguran yang mendidik itu adalah jalan kehidupan.  Tapi sebelum kata teguran, ada kata perintah dan ajaran.  Artinya sebelum memberikan teguran orang tua juga  sudah mempersiapkan anak dengan perintah, hukum atau pengajaran.  Nah, prinsipnya teguran  akan diberikan jika anak-anak mengabaikan perintah dan ajaran. Itulah prinsip Alkitab.  Namun kenyataan sehari-hari ada banyak orang tua  yang tidak memberikan teguran kepada anak-anaknya.  Salah satu contoh yang paling terkenal dalam Alkitab adalah kisah Adonia anak Raja Daud yang dicatat dalam kitab 1 Raja-raja 1:5,6 demikian, 
“Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: "Aku ini mau menjadi raja." Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya. Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: "Mengapa engkau berbuat begitu?"

Raja Daud sudah memilih Salomo menjadi Raja, tetap Adonia tidak menerimanya kemudian ia menghimpun kekuatan untuk merampas kedudukan Raja.  Sifat pemberontak ini adalah salah satu sifat Adonia yang ditulis  oleh Alkitab,  tentunya Adonia sudah memiliki sifat-sifat yang buruk yang tidak tercatat.  Kemudian kita bertanya, mengapa Adonia memiliki sifat demikian?  Jawabannya adalah, karena Adonia  selama hidupnya tidak pernah ditegor oleh Daud. 

Sejarah hidup Adonia ini, menjadi cermin bagi orang tua masa kini agar memberikan didikan bagi anak-anaknya lewat teguran ketika anak berjalan tidak pada jalan yang benar.  Bagaimana menegur anak?  Menegur mereka dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan kemudian mengarahkannya pada jalan  yang benar demikian seterusnya berulang-ulang hingga anak memahaminya.  Inilah yang disebut teguran yang mendidik.  Teguran yang mendidik tidak disertai dengan amarah dan kebencian yang meluap-luap.  Teguran yang mendidik disertai dengan kasih dan disiplin yang akan membentuk anak-anak penuh kasih dan penuh dedikasi.

Jika orang tua sedang menegur anak-anaknya karena kesalahan, sebenarnya orang tua  sedang  membimbing anak-anak itu kepada kehidupan.  Alkitab  Amsal 6:23 tadi mengatakan bahwa perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, serta teguran itu kehidupan, nah orang tua yang memberi perintah, ajaran dan teguran kepada anak-anaknya sama halnya dengan memberikan lampu untuk bekal perjalanan di dalam kegelapan.  Perintah akan mengarahkan jalan mereka kepada kebenaran; Ajaran akan memberikan pemahaman kepada mereka tentang yang benar dan tidak benar; Teguran akan meluruskan jalan mereka jika tersesat.   

Berikanlah perintah, ajaran, teguran yang mendidik dan  jangan memberi perintah yang tidak sesuai dengan porsi mereka.  Jangan memberi perintah hanya karena kepentingan Anda sendiri.  Jangan memberi perintah karena emosional, jangan memberi perintah kepada anak-anak, karena tuntutan masyarakat, karena tuntutan gengsi, kehormatan Anda.  Perintah yang demikian tidak menjadi pelita tapi menjadi pedang yang akan menghunjam kepada anak-anak dan kepada  Anda sendiri.   Ketika memberikan ajaran, jangan mengajar anak-anak Anda untuk benci kepada ayahnya.  Adakah seoragn ibu demikian? Ada, karena benci kepada suaminya yang tidak bertanggung jawab, atau tidak menjadi teladan, atau suami yang tidak pernah memperhatikan keluarga.  Jangan mengajar anak-anak Anda untuk mencuri, jangan mengajar anak-anak Anda untuk kepahitan kepada ayah atau ibu.   Biasanya hal ini dapat terjadi kepada keluarga yang broken home.  Suami istri yang bercerai.  Jika Anda seorang suami/atau istri yang tidak harmonis jangan melibatkan anak-anak Anda untuk turut dalam kepahitan itu dengan mengajak mereka untuk membenci.  Tetapi ajarlah anak-anak untuk mencintai ayahnya. Anda sebagai suami atau istri harus dapat menjadi teladan dengan cara  memaafkan pasangan Anda yang mungkin menyakiti hati Anda. Kalau tidak, maka Anda tidak akan dapat mengajar anak-anak Anda sebagai mana mestinya.  Pada saat Anda  memberikan teguran, kepada  anak-anak, tegurlah ia dengan lemah lembut dan berikanlah jalan keluar kepadanya untuk mengatasi kesalahan yang dilakukannya, maka anak-anak Anda akan berloleh jalan kehidupan.  Anda tidak akan memiliki anak seperti Adonia yang menyusahkan hati Daud, tetapi anda akan memiliki anak seperti Yusuf yang menyegarkan jiwa anda, karena dia hidup dan Anda pun hidup.


Untuk dapat memberikan teguran yang mantap, teguran yang bijak, seyogyanya Anda sebagai orang tua belajar kepada Yesus yang penuh hikmat dan lemah lembut. Teguran yang bijaksana yang diberikan kepada anak-anak adalah jalan kehidupan.  Jika anak-anak hidup maka anak-anak dapat menghidupkan harmonisasi dalam keluarga anda.  
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment