Harmonisasi dalam keluarga dapat terjalin jika orang tua memperhatikan
pendidikan bagi anak-anak. Menerapkan
pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga tidaklah harus secara formal
seperti yang diselenggarakan di sekolah.
Mendidik anak-anak dalam rumah tangga bisa dilakukan secara nonformal
seperti ketika bermain, ketika makan
bersama, ketika hendak tidur, ketika anak melakukan pelanggaran dan lain
sebagainya. Ketidak-harmonisan dalam rumah tangga bisa juga disebabkan karena anak-anak
yang kurang menerima didikan dari orang tua.
Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan, persahabatan, hobby, bahkan
pelayanan dalam gereja. sehingga orang
tua melalaikan pendidikan bagi anak-anaknya.
Tidak heran kalau banyak perilaku anak-anak mengkhawatirkan para orang
tua. Untuk mengantisipasi kerusakan mental, sejak dini orang tua memberikan didikan bagi anak-anak sesuai
dengan porsinya.
Dasar perenungan
ini diambil dari Kitab Amsal 6:23; 25:12 Firman
Tuhan berkata, “Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu
cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan.” Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan
hiasan kencana untuk telinga yang mendengar.
Penulis Amsal ini menekankan bahwa teguran yang mendidik itu adalah jalan
kehidupan. Tapi sebelum kata teguran,
ada kata perintah dan ajaran. Artinya
sebelum memberikan teguran orang tua juga
sudah mempersiapkan anak dengan perintah, hukum atau pengajaran. Nah, prinsipnya teguran akan diberikan jika anak-anak mengabaikan
perintah dan ajaran. Itulah prinsip Alkitab.
Namun kenyataan sehari-hari ada banyak orang tua yang tidak memberikan teguran kepada
anak-anaknya. Salah satu contoh yang
paling terkenal dalam Alkitab adalah kisah Adonia anak Raja Daud yang dicatat dalam
kitab 1 Raja-raja 1:5,6 demikian,
“Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan
berkata: "Aku ini mau menjadi raja." Ia melengkapi dirinya dengan
kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di
depannya. Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan
ucapan: "Mengapa engkau berbuat begitu?"
Raja Daud sudah memilih Salomo menjadi
Raja, tetap Adonia tidak menerimanya kemudian ia menghimpun kekuatan untuk
merampas kedudukan Raja. Sifat pemberontak
ini adalah salah satu sifat Adonia yang ditulis
oleh Alkitab, tentunya Adonia
sudah memiliki sifat-sifat yang buruk yang tidak tercatat. Kemudian kita bertanya, mengapa Adonia
memiliki sifat demikian? Jawabannya
adalah, karena Adonia selama hidupnya
tidak pernah ditegor oleh Daud.
Sejarah hidup Adonia ini, menjadi cermin
bagi orang tua masa kini agar memberikan didikan bagi anak-anaknya lewat
teguran ketika anak berjalan tidak pada jalan yang benar. Bagaimana menegur anak? Menegur mereka dengan menunjukkan
kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan kemudian mengarahkannya pada jalan yang benar demikian seterusnya berulang-ulang
hingga anak memahaminya. Inilah yang
disebut teguran yang mendidik. Teguran
yang mendidik tidak disertai dengan amarah dan kebencian yang meluap-luap. Teguran
yang mendidik disertai dengan kasih dan disiplin yang akan membentuk anak-anak
penuh kasih dan penuh dedikasi.
Jika orang tua sedang menegur
anak-anaknya karena kesalahan, sebenarnya orang tua sedang
membimbing anak-anak itu kepada kehidupan. Alkitab
Amsal 6:23 tadi mengatakan
bahwa perintah
itu pelita, dan ajaran itu cahaya, serta teguran itu kehidupan,
nah orang tua yang memberi perintah, ajaran dan teguran kepada anak-anaknya
sama halnya dengan memberikan lampu untuk bekal perjalanan di dalam
kegelapan. Perintah akan
mengarahkan jalan mereka kepada kebenaran; Ajaran akan memberikan
pemahaman kepada mereka tentang yang benar dan tidak benar; Teguran akan
meluruskan jalan mereka jika tersesat.
Berikanlah perintah, ajaran, teguran yang
mendidik dan jangan memberi perintah
yang tidak sesuai dengan porsi mereka.
Jangan memberi perintah hanya karena kepentingan Anda sendiri. Jangan memberi perintah karena emosional,
jangan memberi perintah kepada anak-anak, karena tuntutan masyarakat, karena
tuntutan gengsi, kehormatan Anda.
Perintah yang demikian tidak menjadi pelita tapi menjadi pedang yang
akan menghunjam kepada anak-anak dan kepada
Anda sendiri. Ketika memberikan
ajaran, jangan mengajar anak-anak Anda untuk benci kepada ayahnya. Adakah seoragn ibu demikian? Ada, karena
benci kepada suaminya yang tidak bertanggung jawab, atau tidak menjadi teladan,
atau suami yang tidak pernah memperhatikan keluarga. Jangan mengajar anak-anak Anda untuk mencuri,
jangan mengajar anak-anak Anda untuk kepahitan kepada ayah atau ibu. Biasanya hal ini dapat terjadi kepada
keluarga yang broken home. Suami istri
yang bercerai. Jika Anda seorang
suami/atau istri yang tidak harmonis jangan melibatkan anak-anak Anda untuk
turut dalam kepahitan itu dengan mengajak mereka untuk membenci. Tetapi ajarlah anak-anak untuk mencintai
ayahnya. Anda sebagai suami atau istri harus dapat menjadi teladan dengan
cara memaafkan pasangan Anda yang mungkin
menyakiti hati Anda. Kalau tidak, maka Anda tidak akan dapat mengajar anak-anak
Anda sebagai mana mestinya. Pada saat Anda memberikan teguran, kepada anak-anak, tegurlah ia dengan lemah lembut
dan berikanlah jalan keluar kepadanya untuk mengatasi kesalahan yang
dilakukannya, maka anak-anak Anda akan berloleh jalan kehidupan. Anda tidak akan memiliki anak seperti Adonia
yang menyusahkan hati Daud, tetapi anda akan memiliki anak seperti Yusuf yang
menyegarkan jiwa anda, karena dia hidup dan Anda pun hidup.
Untuk dapat memberikan teguran yang mantap,
teguran yang bijak, seyogyanya Anda sebagai orang tua belajar kepada Yesus yang
penuh hikmat dan lemah lembut. Teguran yang bijaksana yang diberikan kepada
anak-anak adalah jalan kehidupan. Jika anak-anak hidup maka anak-anak dapat
menghidupkan harmonisasi dalam keluarga anda.
No comments:
Post a Comment