Wednesday, June 11, 2014

Mendidik Lewat Teladan Hidup


Hiduplah seekor burung beo dipelihara oleh satu keluarga yang terkenal baik dan ramah.  Burung beo ini setiap pagi menyapa setiap orang yang lewat pintu rumahnya dengan sopan.  Suatu ketika keuarga ini hendak berlibur ke luar kota selama satu bulan.  Burung beonya terpaksa dititip kepada salah seorang keluarganya.  Nah selama satu bulan burung beo ini banyak memperoleh pelajaran baru dari majikannya yang baru.   Nah, setelah pulang, kemudian burung beo ini dikembalikan kepada si pemilik.  Alangkah kagetnya si pemilik, karena bahasa burung beonya sudah berubah, dari bahasa yang sopan kepada bahasa yang tidak sopan.  Kemudian si pemilik ini sadar bahwa burung beonya rusak mentalnya selama satu bulan bergaul dengan majikan yang baru.  Teladan hidup baik atau buruk sangat mudah untuk dipelajari.

Dasar Firman Tuhan terambil dari Kitab Injil Yohanes 13:15-17 , demikian:
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.  Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.

Mendidik dan mengajar merupakan tugas orang tua yang tidak bisa diabaikan.  Memelihara anak tidaklah hanya dimengerti sebatas membesarkan dan mencukupi segala kebutuhan biologisnya. Jika  pengertiannya hanya sebatas itu dapat berakibat kepada pengabaian pendidikan.  Jadi, perlu dipahami bahwa orang tualah yang berperan utama dalam pendidikan terhadap anak-anaknya.  Pendidikan anak dapat dilakukan secara formal dan non formal.  Pendidikan formal kita peroleh lewat pendidikan di sekolah atau yang diselenggarakan dengan resmi.  Namun pendidikan non formal dapat dilakukan secara bebas waktu, tempat dalam situasi apa saja.  Pendidikan ini  dapat dilakukan lewat teladan hidup.

Firman Tuhan di atas mengajarkan kepada kita bagaimana Yesus Kristus mengajar atau mendidik murid-muridnya lewat teladan hidupnya (apa yang dia perbuat secara praktis).  Injil Yohanes pasal 13 ayat 5 menjelaskan bagaimana Yesus memberi teladan hidup tentang kerendahan hati.  Yesus Kristus yang adalah Allah, tidak menggendong budaya patriakhart hal itu ditunjukkannya ketika Yesus dengan rendah hati membasuh kaki murid-muridnya.  Peristiwa dramatis ini juga  mempertunjukkan betapa kasihnya Yesus kepada murid-muridnya, dan teladan ini diberikan oleh Yesus supaya murid-muridnya saling melayani.
Teladan yang diberikan Yesus menjadi inspirasi bagi Anda dalam mendidik anak-anak Anda.  Anak lebih memperhatikan apa yang Anda perbuat ketimbang apa yang Anda katakan.  Semakin banyak bicara, semakin tidak ada wibawa, tetapi semakin banyak bertindak semakin kita berwibawa di mata anak-anak.   Sebagai orang tua, sebaiknya budaya patriakhart itu tidak mendominasi dalam mendidik anak-anak. 

Budaya patriakhart ini adalah budaya di mana bapa atau  orang tua adalah pusat penghormatan, kebenaran, dan orang tua tidak pernah salah, orang tua tidak bisa ditegur anak, orang tua tahu segalanya, dan orang tua tidak layak minta maaf kepada anak.  Sebagai orang tua, Anda lebih bijaksana jika mengikuti teladan Yesus yang akan memberi teladan hidup kepada anak-anak Anda.  Sebagai orang tua Anda diharapkan dapat merendahkan diri seperti Kristus yang adalah Tuhan yang memiliki alam raya ini rela merendahkan diri dan membasuh kaki murid-muridnya.  Mendidik lewat teladan hidup merupakan suatu khotbah yang hidup. Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus (2 Kor.3:2Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.  Dari pernyataan Paulus, kita dapat simpulkan bahwa teladan hidup memiliki pengaruh yang besar untuk mempengaruhi orang kepada  kebenaran.

Saya pernah menegur anak saya, ketika dia membuka kulkas kemudian langsung minum dari bibir botol.  Saya katakan kepadanya, “Doulos”! nama anak saya Doulos, tidak sopan minum air langsung dari botol, apakah Doulos pernah lihat Bapak minum seperti itu? Teguran itu mendidik anak saya untuk tidak melakukannya lagi, karena dia melihat kami orang tuanya tidak melakukan seperti yang dia lakukan.  Pada suatu saat, pembantu kami, buka kulkas dan langsung minum dari bibir botol, anak saya melihat dan langsung menegur pembantu kami, dengan berkata;   Bibi! Tidak sopan minum dari botol, urainya. Peristiwa itu diberitahukannya kepada kami.  Padahal waktu itu usia anak saya baru 3 tahun.  Teguran saya kepada anak kami memiliki bobot karena disertai teladan.

Mendidik tanpa memberi teladan itu namanya menggurui yang hanya membuang energi.  Tidak seorang pun manusia di bumi ini senang digurui, baik itu anak-anak mau pun orang dewasa.  Orang lebih senang dengan hal-hal praktis yang indah yang dapat dilihat dan dapat dirasakan.   Karena itu jadilah orang tua yang memberi teladan kepada anak-anak Anda.

Perbuatan lebih nyaring suaranya dari pada bicara, oleh karena itu baiklah kita banyak berbuat ketimbang bicara, banyak bekerja ketimbang cerita ketika Anda mendidik anak-anak.    Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.


Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment