Hiduplah seekor burung beo dipelihara
oleh satu keluarga yang terkenal baik dan ramah. Burung beo ini setiap pagi menyapa setiap
orang yang lewat pintu rumahnya dengan sopan.
Suatu ketika keuarga ini hendak berlibur ke luar kota selama satu
bulan. Burung beonya terpaksa dititip
kepada salah seorang keluarganya. Nah
selama satu bulan burung beo ini banyak memperoleh pelajaran baru dari
majikannya yang baru. Nah, setelah
pulang, kemudian burung beo ini dikembalikan kepada si pemilik. Alangkah kagetnya si pemilik, karena bahasa
burung beonya sudah berubah, dari bahasa yang sopan kepada bahasa yang tidak
sopan. Kemudian si pemilik ini sadar
bahwa burung beonya rusak mentalnya selama satu bulan bergaul dengan majikan
yang baru. Teladan hidup baik atau buruk
sangat mudah untuk dipelajari.
Dasar Firman Tuhan terambil dari Kitab Injil Yohanes 13:15-17 , demikian:
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan
dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah
memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti
yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba
tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia
yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu
semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Mendidik dan mengajar merupakan tugas
orang tua yang tidak bisa diabaikan.
Memelihara anak tidaklah hanya dimengerti sebatas membesarkan dan
mencukupi segala kebutuhan biologisnya. Jika
pengertiannya hanya sebatas itu dapat berakibat kepada pengabaian
pendidikan. Jadi, perlu dipahami bahwa
orang tualah yang berperan utama dalam pendidikan terhadap anak-anaknya. Pendidikan anak dapat dilakukan secara formal
dan non formal. Pendidikan formal kita
peroleh lewat pendidikan di sekolah atau yang diselenggarakan dengan
resmi. Namun pendidikan non formal dapat
dilakukan secara bebas waktu, tempat dalam situasi apa saja. Pendidikan ini dapat dilakukan lewat teladan hidup.
Firman Tuhan di atas mengajarkan kepada
kita bagaimana Yesus Kristus mengajar atau mendidik murid-muridnya lewat
teladan hidupnya (apa yang dia perbuat secara praktis). Injil Yohanes
pasal 13 ayat 5 menjelaskan bagaimana Yesus memberi teladan hidup
tentang kerendahan hati. Yesus Kristus
yang adalah Allah, tidak menggendong budaya patriakhart hal itu ditunjukkannya
ketika Yesus dengan rendah hati membasuh kaki murid-muridnya. Peristiwa dramatis ini juga mempertunjukkan betapa kasihnya Yesus kepada
murid-muridnya, dan teladan ini diberikan oleh Yesus supaya murid-muridnya
saling melayani.
Teladan yang diberikan Yesus menjadi inspirasi bagi Anda
dalam mendidik anak-anak Anda. Anak
lebih memperhatikan apa yang Anda perbuat ketimbang apa yang Anda katakan. Semakin banyak bicara, semakin tidak ada
wibawa, tetapi semakin banyak bertindak semakin kita berwibawa di mata
anak-anak. Sebagai orang tua, sebaiknya
budaya patriakhart itu tidak mendominasi dalam mendidik anak-anak.
Budaya patriakhart ini adalah budaya di mana bapa
atau orang tua adalah pusat
penghormatan, kebenaran, dan orang tua tidak pernah salah, orang tua tidak bisa
ditegur anak, orang tua tahu segalanya, dan orang tua tidak layak minta maaf kepada
anak. Sebagai orang tua, Anda lebih
bijaksana jika mengikuti teladan Yesus yang akan memberi teladan hidup kepada
anak-anak Anda. Sebagai orang tua Anda diharapkan
dapat merendahkan diri seperti Kristus yang adalah Tuhan yang memiliki alam
raya ini rela merendahkan diri dan membasuh kaki murid-muridnya. Mendidik lewat teladan hidup merupakan suatu
khotbah yang hidup. Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus (2 Kor.3:2)
Kamu
adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan
yang dapat dibaca oleh semua orang. Dari pernyataan Paulus, kita dapat simpulkan
bahwa teladan hidup memiliki pengaruh yang besar untuk mempengaruhi orang
kepada kebenaran.
Saya pernah menegur anak saya, ketika dia
membuka kulkas kemudian langsung minum dari bibir botol. Saya katakan kepadanya, “Doulos”! nama anak
saya Doulos, tidak sopan minum air langsung dari botol, apakah Doulos pernah
lihat Bapak minum seperti itu? Teguran itu mendidik anak saya untuk tidak
melakukannya lagi, karena dia melihat kami orang tuanya tidak melakukan seperti
yang dia lakukan. Pada suatu saat,
pembantu kami, buka kulkas dan langsung minum dari bibir botol, anak saya
melihat dan langsung menegur pembantu kami, dengan berkata; Bibi! Tidak sopan minum dari botol, urainya.
Peristiwa itu diberitahukannya kepada kami.
Padahal waktu itu usia anak saya baru 3 tahun. Teguran saya kepada anak kami memiliki bobot
karena disertai teladan.
Mendidik tanpa memberi teladan itu
namanya menggurui yang hanya membuang energi.
Tidak seorang pun manusia di bumi ini senang digurui, baik itu anak-anak
mau pun orang dewasa. Orang lebih senang
dengan hal-hal praktis yang indah yang dapat dilihat dan dapat dirasakan. Karena itu jadilah orang tua yang memberi
teladan kepada anak-anak Anda.
Perbuatan lebih nyaring suaranya dari
pada bicara, oleh karena itu baiklah kita banyak berbuat ketimbang bicara, banyak
bekerja ketimbang cerita ketika Anda mendidik anak-anak. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu.
No comments:
Post a Comment