Kekerasan seksual
kepada anak kerap kali terjadi pada zaman dulu dan juga pada akhir-akhir
ini. Ada banyak penyebabnya, antara lain
adalah minuman dan narkoba yang membuat orang dewasa tidak lagi dapat berpikir
waras dalam perilaku seksnya. Kemudian
akibat seringnya menonton CD porno bahkan suka pergi ke tempat-tempat pelacuran
yang mengakibatkan perilaku moralnya menjadi bejat. Anak-anak adalah objek yang paling lemah dan
mudah diberdayakan untuk pemuas nafsu bejatnya.
Landasan Firman Tuhan
terambil dari Kitab Imamat 18:10 & 19:29 yang berbunyi demikian, Mengenai aurat
anak perempuan dari anakmu laki-laki atau anakmu perempuan, janganlah
kausingkapkan auratnya, karena dengan begitu engkau menodai keturunanmu. Janganlah
engkau merusak kesucian anakmu perempuan dengan menjadikan dia perempuan
sundal, supaya negeri itu jangan melakukan persundalan, sehingga negeri itu
penuh dengan perbuatan mesum.
Kitab Imamat pasal 18 ini berbicara tentang penentangan
terhadap percabulan yang merajalela di antara bangsa-bangsa sekitar bangsa
Israel. Kitab Imamat pasal 19 dan pasal 20
merupakan daftar nasihat dan daftar hukuman yang amat panjang gunanya untuk
mengatur segala sesuatu guna kebaikan bangsa Israel. Firman Tuhan ini disampaikan
kepada Musa supaya bangsa Israel tidak dicemari oleh nafsu rendah bangsa-bangsa
di luar bangsa Israel. Nafsu rendah itu mengenai percabulan yang wajar dan yang
tidak wajar. Tindakan kekerasan kepada anak-anak secara seksual yaitu dengan menodai anak perempuannya dan
eksploitasi seksual.
Tindakan kekerasan
secara seksual rupanya sudah berlangsung sejak zaman Alkitab. Perilaku seksual
yang tidak wajar antara ayah dan ibu rupanya itu bukan berita baru. Sebagai
contoh Lot dengan kedua putrinya. Alkitab memang mencatat, inisiatif seksual
itu bukan datang dari Lot tetapi dari kedua putrinya. Namun, hal itu bukan berarti tidak ada akses
dari Lot dalam perilaku seks abnormal. Lot diberi anggur oleh kedua putrinya
sampai mabuk. Dalam kemabukanlah Lot melakukan inses kepada kedua putrinya
tersebut. Menjadi pertanyaan saya, bukankah setelah sadar Lot harusnya tidak
mengulangi lagi perbuatan itu kalau itu memang dianggap sebagai kenakalan dari
kedua putrinya. Yang jelas, tindakan kekerasan seksual kepada kedua putrinya
itu adalah dari Lot, apakah itu langsung atau tidak langsung. Setiap orang yang melakukan hubungan seksual
dengan sedarah atau kerabat itu tergolong kekerasan, sekali pun dari
masing-masing pihak saling mau. Tanggung-jawab untuk hidup benar ada pada pria.
Tindakana kekerasan anak
secara seksual masa kini semakin merajalela.
Ayah dengan anak kandungnya sendiri, kakek dengan cucunya, orang dewasa
dengan anak tetangga, bahkan bayi pun tidak luput dari kekerasan seksual dari
orang dewasa. Media cetak dan media
elektronik memberitakan secara terbuka tindakan kekerasan seksual yang terjadi
kepada anak-anak. Sebagai salah satu
contoh yaitu kasus Eka usia 9 tahun, selama setahun menerima kekerasan seksual
dari paman tirinya Ambo Ase. Eka bukan
hanya diperkosa namun juga disodomi.
Eka tidak berani
melapor kepada ayahnya karena ayahnya juga gemar mabuk-mabukan. Akhirnya Eka harus meregang nyawa dengan
kekerasan dari ibu dan paman tirinya.
Hal yang dikemukakan di atas merupakan
salah satu contoh dari sekian banyak kasus kekerasan seksual kepada anak-anak.
Melihat kenyataan ini, timbullan pertanyaan dalam benak saya, mengapa kekerasan
seksual kepada anak kerap kali terjadi.
Bukankah ayah sebagai orang yang paling dekat sebagai pelindung?
Pertanyaan ini selalu berulang-ulang bergema di dalam hati saya. Akhirnya saya menemukan jawabannya setelah saya mempelajari
firman Tuhan ini. Tuhan berfirman kepada Musa melarang bangsa Israel bergaul
dengan bangsa-bangsa Kanaan, bahkan untuk kawin campur dilarang keras. Orang Kanaan
adalah orang yang menyembah berhala, otomatis mereka tidak mengenal kebenaran.
Kebenaran yang menjadi patokan bagi mereka yaitu apa yang dianggap mereka itu
baik itulah kebenaran. Jadi tidak ada
aturan atau pun rem bagi mereka dalam berperilaku. Tidak heran, bangsa-bangsa di luar bangsa
Israel melakukan kekerasan seksual sebagai budaya. Ayah melakukan hubungan seks, menyodomi
putrinya sendiri itu merupakan hal biasa.
Tak heran, Lot dengan kedua putrinya juga melakukan kekerasan seksual
karena hal itu sudah biasa mereka saksikan di Sodom sebelum ditunggang-balikkan
oleh Allah. Oleh karena itu berhati-hatilah
dalam memilih pergaulan, karena pergaulan
yang tidak baik dapat merusak perilaku. Firman Tuhan dalam
Surat I
Korintus 15:33 berkata, Janganlah kamu
sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Lot dan kedua putrinya berperilaku buruk juga
karena pengaruh dari pergaulan buruk selama mereka ada di Sodom.
Jauhilah pergaulan yang
buruk, kesenangan-kesenangan orang yang tidak mengenal Allah seperti
menyaksikan CD porno dan lain sebagainya. Lebih baik tidak bergaul sama sekali ketimbang
bergaul dengan orang fasik. Anda sebagai orang tua, perhatikanlah dan kontrol
lingkungan pergaulan anak-anak Anda supaya ia tidak mencemari seisi keluarga
seperti kedua putri Lot.
Bergaul dengan Allah
adalah langkah bijaksana, supaya kekuarga anda diisi dengan Firman Tuhan
sebagai terang yang menerangi seluruh hidup pribadi maupun keluarga. Percayalah jika terang itu hadir dalam keluarga
Anda, maka kegelapan, tindakan kekerasan, akan menyingkir dari hidup Anda.
No comments:
Post a Comment